Catatan: Indra Efendi Rangkuti (Pemerhati Olahraga Sumut)

Memori Timnas Indonesia VS Benfica (1 September 1972)

Timnas berfoto bersama dengan skuad Benfica sebelum bertanding. Tampak Kapten Timnas Anwar Ujang dan Kapten Benfica Eusebio bersebelahan. Berdiri Ki-Ka: Anwar Ujang (PSMS), Ronny Pasla (PSMS), Suaib Rizal (PSM), Jacob Sihasale (Persebaya), Risdianto (Persija) dan Surya Lesmana (Persija). Jongkok Ki-Ka: Iswadi Idris (Persija), Yuswardi (PSMS), Sunarto (PSMS), Abdul Kadir (Persebaya) dan Mulyadi (Persija). (Foto Dok.Kompas)

Pada babak kedua Endang Witarsa memasukkan Budi Santoso menggantikan Mulyadi dan Waskito menggantikan Jacob Sihasale yang cedera.Benfica sendiri mengganti kipernya dari Jose Henrique kepada Manuel Bento. Hadirnya Budi dan Waskito ini membuat irama permainan Timnas menjadi lebih hidup. Budi Santoso sukses mendampingi Anwar Ujang dalam menghalau alur serangan Benfica melaluiEusebio.

Bahkan Budi sukses menempel Eusebio hingga Eusebio seperti “mati kutu” menghadapi aksi Budi.Bahkan beberapa kali Eusebio terlihat kesal hingga bersitegang dengan Budi akibat permainannya yang dinilai Eusebio tidak sportif. Hadirnya Waskito membuat serangan Indonesia lebih hidup dan bervariasi. Akhirnya pada menit ke-75 Risdianto sukses mencetak gol ke gawang Benfica setelah menerima umpan dari Waskito.Gol ini disambut dengan gemuruh oleh seluruh penonton yang hadir di Senayan.

Gol balasan Risdianto ini membuat Indonesia lebih berani untuk “jual beli” serangan dengan Benfica.Berulangkali Iswadi,Waskito,Abdul Kadir dan Risdianto menerobos lini pertahanan Benfica. Demikian juga dengan aksi 2 bek sayap Timnas Yuswardi dan Sunarto yang kerap naik membantu serangan. Namun kokohnya lini pertahanan Benfica yang dikawal Humberto Coelho dan Amandio Da Silva membuat serangan Timnas kandas.

Akhirnya pada menit ke-89 Timnas Indonesia berhasil memperkecil ketinggalan lewat gol yang dicetak oleh Waskito.Gol Waskio ini juga disambut meriah oleh para penoton. Skor 4-2 untuk keunggulan Benfica ini bertahan hingga pertandingan berakhir. Walau kalah namun para pemain Timnas mendapat aplaus yang meriah dari para penonton. Demikian juga Eusebio yang malam itu tampil gemilang.

Dengan aksi-aksi yang ditunjukkannya malam itu membuktikan bahwa dirinya memang pantas menjadi salah satu bintang besar Eropa dan Dunia pada dekade akhir 60-an dan awal 70-an. Penonton juga terpuaskan melihat aksi “jogo bonito” atau sepakbola indah yang diperagakan oleh para bintang Benfica.

Kiper Timnas asal PSMS Medan Ronny Pasla bersama Legenda Timnas Portugal dan Benfica Eusebio usai duel Timnas Vs Benfica di Senayan 1972.

Dalam wawancara seusai pertandingan Eusebio menilai secara umum permainan Timnas Indonesia cukup baik.Namun lini tengah Indonesia dinilainya kurang variative dalam membangun serangan. Akhirnya Benfica mampu mendominasi lini tengah hingga lahirlah 4 gol di babak pertama. Secara khusus Eusebio memuji penampilan Ronny Pasla, Anwar Ujang, Abdul Kadir, Waskito dan Risdianto yang dinilainya tampil baik pada pertandingan tersebut.

Kegemilangan Ronny Pasla terutama di babak kedua membuat para pemain Benfica kesulitan dalam mencetak gol tambahan. Itulah momen hebat sepakbola Indonesia di tahun 1972 ketika 2 Legenda Besar sepakbola Dunia pada era 60-an dan awal 70-an yang sama-sama dijuluki “O Rei” yang artinya raja dalam Bahasa Portugis yaitu Pele dan Eusebio menghibur pecinta sepakbola Indonesia di Stadion Utama Senayan Jakarta ketika berujicoba dengan Timnas Indonesia. (***)

Selanjutnya 1 2 3
Penulis:

Baca Juga