Penulis: Ari Sisworo SSos (Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UMSU dan Pecinta Sepakbola) 

We Make History, Terbanglah Lebih Tinggi Garuda!

Ari Sisworo (Pecinta Sepakbola)

MEDANSPORT.ID - MEDAN - We make a history kawan! Rasa haru dan bangga, dengan sedikit tetesan air mata,
menemani keberhasilan Timnas Indonesia melaju ke babak 16 besar Piala Asia 2023 di Qatar. Pertama kalinya dalam sejarah keikutsertaan Indonesia di ajang paling prestise di seantero benua Asia.

Tak ada yang tak mungkin. Jika Tuhan sudah menghendaki, apapun bisa terjadi Bayangkan saja! Dalam persiapannya, tim asuhan pelatih berkebangsaan Korea Selatan, Shin Tae-yong ini, begitu banyak mendapat cibiran. Banyak yang under estimate. Target lolos 16 besar terlalu berlebihan. Itu kata orang. Netizen yang maha benar terutama.

Di laga-laga sebelumnya, Pra Piala Dunia, kalah dengan Irak. Hanya seri dengan Filipina. Laga persahabatan, sekalipun tak pernah mencatat kemenangan. Dikandaskan Libya dua kali, dan dibantai Iran tanpa ampun. Lima gol tanpa balas.

Di fase grup, kembali akan bertemu Irak. Banyak prediksi mengatakan Indonesia akan kalah. Berkaca dari pertemuan di Pra Piala Dunia sebelumnya. Kemudian, akan bertanding melawan rival bebuyutan, negara tetangga di Asia Tenggara, Vietnam. Hasil seri saja pun sudah paten kali. Sebab, Vietnam (selain Thailand), selalu jadi momok menakutkan bagi Indonesia di semua ajang turnamen skala Asean, bahkan dunia.

Terakhir, King of Asia, Nippon (Jepang). Samurai Biru - julukan Timnas Jepang - merupakan langganan Piala Dunia, ranking FIFA nomor wahid di Asia dan ke-17 dunia. Berat rasanya. Jangankan menang, seri saja dengan tim asuhan Hajime Moriyasu ini hanya sebatas mimpi.

Sampai di sini sajakah jalan terjal yang dilalui Timnas Indonesia? Tentu tidak. Polemik lokal pret (local pride) masih berkepanjangan. Terus menggelinding bak bola salju. Kualitas pemain diaspora yang dianggap sepadan dengan pesepakbola lokal, akan mematikan karir anak bangsa, dan berbagai kritik, cemoohan serta umpatan lain. Memang netizen itu maha benar. Ngetik komentar sambil rebahan. Tajuknya, "Sumpah Serapah".

Belum lagi soal peringkat Indonesia di tabel FIFA. Peringkat terendah kedua setelah Hongkong. Per Desember 2023, Indonesia di posisi 146, dan Hongkong 150. Ini menjadi bahan prediksi liar masyarakat dan netizen. Sah-sah saja. Tak ada yang salah. Bahkan, komentator luar juga ada yang mengatakan Indonesia merupakan tim terlemah dari 24 kontestan Piala Asia.

Satu lagi. Indonesia merupakan tim dengan skuad termuda, dengan rataan usia 22,5 tahun berdasarkan data per 9 Januari 2024. Dengan pengalaman minim di kancah internasional, Indonesia dinilai akan susah bersaing.

Tapi itu semua sekadar prediksi. Prediksi bisa benar, bisa salah. Perlu diingat, rezeki itu tidak akan tertukar. Buktinya, kini Indonesia melaju ke fase gugur. Timnas Indonesia mencetak sejarah. Tim Merah Putih untuk pertama kalinya lolos ke babak 16 besar Piala Asia sejak pertama kali mentas di tahun 1996 silam.

Di empat edisi sebelumnya, langkah Timnas Indonesia selalu terhenti di fase grup. Itu terjadi pada partisipasi Piala Asia tahun 1996, 2000, 2004, dan 2007.

Para penggawa Timnas Indonesia telah membuktikannya. Ada "campur tangan" Kirgistan yang mampu menahan Oman, dan membuat Indonesia lolos, itu benar. Tak ada alasan juga untuk menyangkalnya.

Tapi ingat, bagaimana para pemain dengan semangat tinggi, terus berlari selama 90 menit lebih tanpa letih, memberi perlawanan terhadap Irak. Meskipun pada akhirnya Indonesia harus mengakui keunggulan Irak, dengan gol kontroversialnya itu.

Melawan Vietnam, Indonesia benar-benar menunjukkan kelasnya. Pressing tinggi yang dipraktikan para pemain membuat alur serangan Vietnam buntu. Lebih banyak long ball passing. Indonesia unggul 1-0 di babak pertama melalui titik putih. Di babak kedua, Vietnam berupaya mengejar ketertinggalan, namun hasilnya nihil. Tak ada
satupun serangan yang mampu membobol gawang Indonesia. Tiga poin pertama Indonesia di Piala Asia 2023. Membuka asa melaju ke babak selanjutnya.

Di pertandingan terakhir kontra Jepang, Indonesia mati kutu. Dikurung habis-habisan. Tidak bisa berkembang. Menahan bola saja syulit, apalagi mengumpannya. Tapi begitu pun, Jepang harus bersusah payah untuk menjungkalkan Indonesia. Tak semudah membalikkan telapak tangan.

Ini diakui Hajime Moriyasu dan bombernya Ayase. Indonesia di tangan pelatih, Shin Tae-yong sudah jauh berkembang. Dan akan terus berkembang ke depannya. Begitu kira-kira kesimpulan ucapan keduanya.

Dari even ini pulalah, kritik, umpatan, cemoohan, dan hujatan masyarakat serta netizen soal naturalisasi, usia pemain paling muda, ranking FIFA terendah, dan lainnya itu terbantahkan. Proses panjang yang dilalui telah membuahkan hasil. Indonesia menatap laga selanjutnya, versus Australia di fase gugur. Babak 16 besar Piala Asia 2023 di Qatar. Sebuah prestasi luar biasa. Indonesia telah membuat sejarah. We make history. Terbanglah lebih tinggi Garuda! (***)

Penulis:

Baca Juga