Seusai Suratin Cup 1980, Benny van Breukelen diajak oleh seniornya yang juga Kiper PSMS dan Timnas Taufik Lubis untuk bergabung dengan klub anggota PSMS yang dibina oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Perisai yang waktu itu dilatih oleh Legenda PSMS dan Timnas Yuswardi. Taufik Lubis pula yang membimbing dirinya untuk
menjadi kiper handal. Bimbingan Taufik Lubis ini pula yang membuat Benny tidak kagok bermain dengan bintang-bintang hebat PSMS masa itu.

Seperti, Parlin Siagian, Nobon, Sakirman Saswa, Amansyah Harahap dan laiinnya. Bahkan Parlin Siagian kerap menjemput Benny untuk berangkat latihan bareng. Ada satu momen spesial baginya ketika Perisai bertanding melawan Medan Utara tahun 1980 di kompetisi Divisi Utama PSMS. Medan Utara waktu itu diperkuat Ponirin Meka dan Mamek Sudiono. Awalnya Yuswardi sebagai pelatih mempersiapkan Taufik Lubis untuk tampil dan sudah pemanasan untuk tampil.

Tapi kemudian Taufik Lubis berujar “Bang Yuswardi aku mau Benny yang main sore ini” dan serta merta Taufik Lubis membuka kostumnya dan berujar “Benny kau main dan pakai ini” sambil menyerahkan kostumnya. Benny terkejut tapi langsung bersiap. Walau kaget dan sedikit nervous Benny pun tampil mantap memasuki lapangan. Parlin Siagian juga bilang “Benny kau pasti bisa” sambil menepuk pundaknya.

Ternyata sore itu Benny tampil gemilang dan sukses menjaga gawangnya tetap steril termasuk menggagalkan peluang emas dari Mamek Sudiono dengan cara spektakuler. Usai pertandingan Taufik Lubis memeluk dirinya sambil membisikkan sesuatu “Benny abang yakin kau kelak jadi kiper Timnas dan kau akan sukses” dan Benny dengan air mata haru berkata “Semua ini karena abang dan mohon doakan aku Bang Taufik”.

Ketika akhirnya Benny pindah ke Tunas Inti Jakarta pada 1981 Taufik Lubis juga yang turut mengantarnya dan menitipkannya kepada juniornya di Timnas yang menjadi kiper utama Tunas Inti sekaligus junior sekaligs rekannya di Timnas FX Tjahyono. “Aku titip Benny di sini ya dan tolong bimbing dia” yang disambut anggukan dan ucapan
“Baik Bang Taufik akan kujaga amanah abang ini”.

enny Van Breukelen (tengah) bersama 2 seniornya Sunardi B dan Yongki Haurissa ketika membawa klub Bintang Utara Juara Kompetisi Div.Utama PSMS 1980.

Di bawah arahan FX Tjahyono pula karir dan kemampuannya kian berkembang. Kelak ketika Ernando direkrut Benny ke Persebaya, FX Tjahyono pula yang berpesan agar Benny membimbing Ernando hingga menjdi kiper handal.

Benny bemain di Tunas Inti hingga 1983. Kemudian Benny piundah ke Tempo Utama Jakarta pada 1983 setelah aksinya menarik perhatian pelatih Sutan Harhara. Kecemerlangannya membuatnya bergabung dengan PSSI Garuda, yang kala itu menjadi pelapis kiper utamanya, yakni Hermansyah.

Setelah itu, Benny menjadi rebutan klub-klub, khususnya Galatama. Niac Mitra Surabaya kemudian menjadi tempatnya berlabuh hingga 1989.Bersama klub milik pengusaha bioskop Alexander Wenas itu Benny mempersembahkan gelar Juara Galatama musim 1987/1988.

Bagikan: