Nanda Lubis Raih Emas di Selekda PON 2024
MEDANSPORT.ID - MEDAN - Di masa pandemi saat tidak membuat kendor semangat latihan pesilat Kota Medan ini. Disiplin penerapan Protokol Kesehatan (Prokes) dalam latihan membuat anak bungsu dari 6 bersaudara itu berhasil meraih emas pada ajang Seleksi Daerah (Selekda) atlet Silat menuju PON XXI/2024 Sumut-Aceh.
Cewek yang akrab disapa Nanda ini menyingkirkan pesilat Deliserdang dalam pertarungan di Kelas C Putri.
Sepak terjang pesilat bernama lengkap Ananda Fathurrahmah Lubis berawal hanya sekadar untuk menjaga diri dari perbuatan kejahatan yang mengancam diri. Namun, seni bela diri yang digelutinya membuat cewek berhijab ini semakin berambisi untuk mengukir prestasi.
"Awalnya saya ingin bisa menjaga diri, lalu setelah mengikuti turnamen ada ambisi untuk mengukir prestasi sebanyak-banyaknya, dan akhirnya menjadi hobi" ujarnya, Medan ini, Selasa (29/3/2022)
.Perengkuh medali perunggu Porkot Medan 2019 ini menyatakan konsen berlatih secara mandiri dan virtual di bawah asuhan pelatih Akbar Syahputra. Hal ini dilakukan karena seorang atlet yang merupakan bagian masyarakat harus mendukung program pemerintah untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
Anak dari pasangan Imanuddin Lubis dan Faizah Hasibuan merupakan salah satu petarung milik Kota Medan. Pencak silat adalah olahraga individu, maka dirinya harus berkonsentrasi dan memiliki tugas berlaga dan, memenangkan pertandingan sebanyak mungkin.
Atlet yang beralamat di Jalan M. Basir, Pangkalan Mansyur, Kecamatan Medan Johor ini, mengatakan pada dasarnya seorang pesilat harus mengatur perilaku diri sendiri agar sesuai dengan etika sopan santun. Etika terhadap orang lain dan juga pada diri sendiri. Etika terhadap orang lain, misalnya berperilaku sopan santun ke sesama pesilat, pelatih, wasit juri dan orang-orang di sekitar gelanggang sebelum melakoni pertandingan.
"Bila dipikirkan secara mendalam, pencak silat adalah olahraga bela diri yang santun, ini terlihat dari peraturannya. Hormat sebelum masuk gelanggang, tidak boleh menghina lawan, tidak boleh menyerang muka, dilarang mencederai dengan sengaja, tidak menyerang ketika posisi lawan di bawah, semua itu sesuai dengan adat kesopanan dan sifat kesatria seorang pendekar," sebut pesilat yang dilahirkan 21 tahun silam ini.
Agar merasa nyaman secara emosional, pesilat dari perguruan Salam ini tetap berpamitan kepada kedua orang tua, keluarga dan pelatih. "Seorang pesilat yang berangkat bertanding ibarat tentara yang berangkat berperang. Untuk itu, sebelum berjuang, berpamitan kepada orang-orang terdekat agar mereka memberikan doa restunya. Tentunya dengan misi kemenangan," tutur penyandang Sabuk Coklat ini.
Kata cewek bertinggi 160 sm dan berat badan 58 kg, pesilat ketika berlatih, atlet harus memiliki keteguhan mental sebagai sang juara “Berlatih untuk menang”. Tetapi ketika akan bertanding, lupakan menang kalah, dan pikirkan bagaimana berlaga semaksimal mungkin.
"Cetak poin setiap ada kesempatan, keluarkan kekuatan maksimal hingga 3 menit. Sebagai pesilat telah berlatih secara sungguh-sungguh sebelumnya, mencetak poin, bermain total, semuanya akan menjadi naluriah atau otomatis untuk mendapatkan poin," sebut cewek yang dilahirkan 1 Februari 2000 ini. (***)