Mengenang Sosok Ramli Yatim, Si Pemilik Sundulan Maut

Catatan : Indra Efendi Rangkuti, Pengamat Olahraga

MEDANSPORT.ID- DOKUMENTER-- Ramli Yatim lahir di Tebing Tinggi 12 Juli 1921 dan merupakan legenda PSMS Medan dan Timnas Indonesia.

Ramli Yatim mulai mengenal sepakbola di lapangan perkebunan Matapao bersama adiknya Ramlan Yatim. Bakat hebatnya kemudian menghantarkan dirinya ke kota Medan dan memulai karirnya di klub Medan Putera.

Kemudian Ramli pindah jadi pemain klub PO Polisi Medan. Setelah itu ia direkrut sebagai pemain utama PSMS Medan, yang kemudian mengorbitkan namanya ke Timnas.

Pecinta sepak bola era milenium mungkin menganggap Bambang Pamungkas sebagai sosok striker jago sundul di Indonesia. Jauh sebelum Bepe, nama Ramli Yatim sudah dikenal di Asia dan bahkan Eropa. Sundulan mautnya mengantarkan Sumut menjuarai PON III pada 1953 di Medan, setelah satu sundulannya turut membawa Sumut meraih Medali Emas usai mengalahkan Tim DKI Jakarta 3-1 di Final.

Ketika klub Austria GAK Graz bertandang ke Medan untuk berujicoba dengan PSMS pada 27 Juli 1954 Ramli Yatim kembali menunjukkan aksinya. Kiper GAK Graz dibuat kaget ketika bola setengah badan dari Jusuf Siregar, beberapa meter dari depan gawang GAK Graz, di sambar Ramli dengan sundulan sambil terbang. Dan bola pun bersarang di jala Gak Graz. Akhirnya GAK Graz harus menanggung malu setelah dikalahkan PSMS 3-0 lewat gol yang dicetak oleh Ramli Yatim, Jusuf Siregar dan Djumadi.

Begitu pun ketika klub asal Swiss, Grasshoppers bertandang ke Medan. Walau menang 4-2 dari PSMS, tetapi penjaga gawang Grasshoppers dibuat geleng-geleng kepala oleh aksi Ramli Yatim. Umpan silang Sjamsudin disambut dengan “heading” sambil memutar badan oleh Ramli Yatim yang berujung gol indah yang disambut aplaus meriah dari penonton.

Pada 20 September 1956 Timnas Indonesia yang dipersiapkan menghadapi Olimpiade Meleborne 1956 melakukan pertandingan ujicoba dengan Jerman Timur di Jerman Timur. Pada pertandingan ini Ramli Yatim sempat membuat publik Jerman Timur terdiam ketika sundulan mautnya membobol gawang Jerman Timur. Namun akhirnya Timnas harus mengakui keunggulan tim Jerman Timur dengan skor 1-3. Gol tersebut mencatatkan namanya sebagai pemain Indonesia terakhir yang membobol jala Jerman Timur.

Salah satu kelebihannya yang sulit ditiru adalah kemampuannya menyundul bola dengan bagian belakang kepala dan mampu menjadi gol. Kemampuannya ini sempat membuat pelatih Timnas saat itu asal Yugoslavia Tony Pogacknick geleng - geleng kepala karena beresiko membuat "gila" tapi Ramli Yatim mampu menunjukkan kualitasnya dengan aksi “heading” mautnya itu.

Kemampuannya menyundul bola bisa diteruskan oleh juniornya di PSMS Medan Azis Tanjung dan anak didiknya di PSMS yang kelak jadi bintang PSMS dan Timnas Tumsila hingga dijuluki "Si Kepala Emas". Sebagai pemain, Ramli Yatim sukses membawa PSMS meraih kemenangan melawan tim tim besar Eropa dan Asia hingga dijuluki "The Killer" dan sukses membawa Tim PON Sumut meraih Medali Emas PON 1953 dan 1957. Bersama Timnas, Ramli Yatim membawa Indonesia lolos ke Semifinal Asian Games Manila pada 1954 dan lolos ke Olimpiade Melbourne 1956.

Pada 13 Oktober 1950 Ramli Yatim dianugerahi PSSI sebagai “Pemain Terbaik” Indonesia dalam sebuah acara yang digelar di Kabupaten Malang setelah mengalahkan 2 pesaingnya waktu itu yaitu Amung (BIVB) dan V.D Kaden (Persija).

Selanjutnya 1 2 3