
MEDANSPORT.ID – MEDAN – Kejuaraan Dunia BWF 2025 akan diadakan di Paris, Prancis, pada tanggal 25 hingga 31 Agustus 2025, di Arena Adidas Paris. Kejuaraan Dunia ini mempunyai gengsi tersendiri karena hanya diikuti oleh pebulutangkis – pebulutangkis terbaik menurut peringkat yang tercantum di BWF. Kejuaraan Dunia BWF ini memiliki gengsi yang tinggi seperti halnya Olimpiade dan All England.
Kejuaraan Dunia sendiri pertama kali digelar pada 1977 di Malmo, Swedia. Saat itu Indonesia sukses merebut satu gelar juara melalui pasangan Tjun Tjun/Johan Wahyudi. Kemudian pada 1980 berlangsung di Jakarta.
Pada Kejuaraan Dunia 1980 ini Indonesia selaku tuan rumah sukses meraih 4 gelar juara. Gelar juara itu diraih oleh Rudy Hartono (tunggal putra), Verawaty Fadjrin (tunggal putri), Christian Hadinata/Ade Chandra (ganda putra) dan Christian Hadinata/Imelda Wiguna (ganda campuran).
Kejuaraan Dunia berikutnya berlangsung pada 1983 yang digelar di Brondbyhallen Kopenhagen,Denmark pada 2 – 8 Mei 1983. Kejuaraan Dunia 1983 ini punya arti penting karena digelar pertama kali pasca penggabungan 2 organisasi bulutangkis dunia yaitu International Badminton Federation (IBF) dan World Badminton Federation (WBF).
Sebelumnya pada 1977 dan 1980 Kejuaraan Dunia hanya diikuti oleh pebulutangkis yang berasal dari negara – negara anggota IBF.Penyatuan IBF dan WBF di dalam satu wadah IBF terjadi pada 26 Mei 1981. Penyatuan ini membuat Kejuaraan Dunia IBF 1983 ini diikuti oleh negara – negara anggota WBF seperti : China, Thailand, Hongkong, Korea Selatan dsb.
Indonesia sendiri menatap Kejuaraan Dunia 1983 ini dengan kondisi yang kurang cerah.Ini akibat kegagalan Indoensia mempertahankan Thomas Cup pada 1982 setelah takluk 4-5 dari China di Final. Memang pada Asian Games 1982 di New Delhi Indonesia sukses merebut 2 Medali Emas melalui Christian Hadinata/Icuk Sugiarto (ganda putra) dan Christian Hadinata/Ivana Lie (ganda campuran) namun kegagalan pebulutangkis Indonesia merebut gelar juara di All England 1983 membuat para pebulutangkis Indonesia diragukan untuk sukses pada Kejuaraan Dunia 1983.
Di Kejuaraan Dunia 1983 ini Indonesia menurunkan Icuk Sugiarto dan Liem Swie King (tunggal putra), Elizabeth Latief (tunggal putri), Christian Hadinata/Bobby Ertanto dan Rudy Heryanto/Hadibowo (ganda putra), Ruth Damayanti/Maria Fransisca (ganda putri), Bobby Ertanto/Maria Fransisca dan Kartono/Ruth Damayanti (ganda campuran).
Di nomor tunggal putra Liem Swie King memiliki ambisi besar menebus kegagalannya untuk meraih gelar di All England 1983 akibat cedera yang memaksanya absen. Liem Swie King dan Icuk Sugiarto mendapatkan tantangan berat dari sang juara All England 1983 Luan Jin (China), jagoan tuan rumah Morten Frost Hansen (Denmark), Han Jian (China) dan Prakash Padukone (India).
Icuk Sugiarto memulai langkahnya dengan menaklukkan Sung Han Kook (Korea Selatan) dengan straight set 15-12 dan 15-9 di babak pertama. Di babak kedua Icuk Sugiarto menaklukkan Nick Yates (Inggris) dengan staright set 15-12 dan 15-2. Di babak ketiga Icuk Sugiarto menyingkirkan John Goss (Kanada) dengan straight set 15-5 dan 15-0.
Di Perempatfinal Icuk Sugiarto menghadapi jagoan Denmark yang juga Runner Up All England 1983 Morten Frost Hansen. Ini adalah pertemuan pertama diantara keduanya. Namun Icuk Sugiarto tidak gentar dengan nama besar Morten yang didukung penuh oleh publik Denmark. Dengan gemilang Icuk membuat Morten tak berdaya dan membuat Morten takluk dengan straight set 15-10 dan 15-0.
Di Semifinal Icuk Sugiarto menghadapi pebulutangkis tangguh dari India Prakash Padukone. Sebelumnya keduanya sudah bertemu dua kali. Di pertemuan pertama pada All England 1981, Prakash Padukone sukses menaklukkan Icuk Sugiarto. Icuk Sugiarto kemudian membalas kekalahannya dengan menaklukkan Prakash Padukone di Final Chinese Taipei Open 1983.
Icuk Sugiarto tampil penuh percaya diri menghadapi Prakash Padukone. Namun Prakash Padukone memberi perlawanan ketat. Di set pertama Prakash Padukone menang dengan 15-9. Di set kedua Icuk Sugiarto bangkit dan menang dengan 15-7. Di set ketiga Icuk Sugiarto sukses membuat Prakash Padukone tak berdaya dan akhirnya menang dengan meyakinkan 15-1 sekaligus memastikan diri lolos ke Final.
Liem Swie King memulai langkahnya dengan menaklukkan Roy Diaz Gonzalez (Meksiko) dengan staight set 15-3 dan 15-4 di babak pertama. Di babak kedua Liem Swie King menaklukkan Park Joo Bong (Korea Selatan) dengan rubber set 7-15,15-4 dan 15-12. Di babak ketiga Liem Swie King menyingkirkan Steen Fladberg (Denmark) dengan straight set 15-6 dan 15-12.
Di perempatfinal Liem Swie King menghadapi pebulutangkis China Chen Chang Jie. Ini adalah pertemuan keempat diantara keduanya. Dalam tiga pertemuan sebelumnya Liem Swie King selalu memenangkan duel melawan Chen Chang Jie. Di perempatfinal ini Chen Chang Jie memberi perlawanan ketat terhadap Liem Swie King. Di set pertama Chen Chang Jie unggul dengan 15-12. Di set kedua Liem Swie King bangkit dan unggul dengan 15-5.Di set ketiga Liem Swie King tampil lebih percaya diri dan akhirnya menang dengan 15-4.
Di Semifinal Liem Swie King menghadapi musuh besarnya dari China Han Jian. Sebelumnya keduanya sudah bertemu enam kali.Keduanya sama – sama meraih 3 kemenangan.Namun dalam dua pertemuan terakhir mereka sebelumnya Han Jian unggul atas Liem Swie King.Hal ini membuat Han Jian lebih diunggulkan untuk menang.
Namun di laga Semifinal ini Liem Swie King tampil dengan penuh percaya diri menghadapi Han Jian. Dengan gemilang melalui jumping smash miliknya Liem Swie King membuat Han Jian tak berdaya. Secara meyakinkan Liem Swie King menaklukkan Han Jian dengan straight set 15-9 dan 15-3 sekaligus memastikan diri lolos ke Final.
Final Kejuaraan Dunia 1983 yang berlangsung 8 Mei 1983 di Brondbyhallen Kopenhagen terasa istimewa dengan kehadiran tamu – tamu kehormatan seperti : Kepala Negara Denmark Ratu Margrethe II, Presiden IBF Craig Reedie dan tamu kehormatan Presiden IOC Juan Antonio Samaranch. Kehadiran Juan Antonio Samaranch adalah bagian dari penilaian kelayakan bulutangkis untuk dipertandingkan di Olimpiade.
Icuk Sugiarto dan Liem Swie King menjadi wakil Indonesia yang lolos ke Final. Elizabeth Latif dan Rudy Heryanto/Hadibowo takluk di babak pertama. Bobby Ertanto/Maria Fransisca dan Kartono/Ruth Damayanti takluk di babak kedua. Ruth Damayanti/Maria Fransisca takluk di perempatfinal dan Christian Hadinata/Bobby Ertanto takluk di Semifinal.
Icuk Sugiarto dan Liem Swie King memasuki arena dengan penuh rasa percaya diri.Ini merupakan pertemuan pertama diantara keduanya. Walau rekan senegara keduanya sama – sama berambisi menjadi juara. Liem Swie King yang lebih senior sedikit lebih diunggulkan untuk menang atas Icuk Sugiarto di Final ini. Apalagi Liem Swie King adalah Juara All England 1978, 1979 dan 1981 serta Runner Up Kejuaraan Dunia 1980.
Laga keduanya berlangsung menarik, Icuk Sugiarto yang dikenal memiliki gaya permainan bertahan berhadapan dengan Liem Swie King yang dikenal dengan permainan menyerang dengan jumping smash mematikan hingga dijuluki “King Smash”.
Di set pertama Icuk Sugiarto tampil meyakinkan meladeni permainan Liem Swie King dan unggul dengan 15-8. Namun Liem Swie King bangkit di set kedua dan menang dengan 15-12. Hasil ini membuat para penonton tidak berani menduga – duga siapa yang akan unggul di set ketiga.
Icuk Sugiarto dan Liem Swie King tampil habis – habisan dan memperagakan teknik permainan yang memukau yang membuat para penonton berulangkali bertepuk tangan mengagumi permainan yang disajikan keduanya. Ratu Margrethe II, Craig Reedie dan Juan Antonio Samaranch terlihat berulangkali tersenyum sambil bertepuk tangan dan mengacungkan jempol menyaksikan aksi memukau yang diperlihatkan Icuk Sugiarto dan Liem Swie King.
Icuk Sugiarto dan Liem Swie King saling kejar mengejar poin di set ketiga ini. Di set ketiga ini Liem Swie King sempat di atas angin ketika unggul 16-14 atas Icuk Sugiarto. Namun Icuk Sugiarto berhasil bangkit dan mengejar ketertinggalannya dan menyamakan kedudukan menjadi 16-16. Akhirnya Icuk Sugiarto menaklukkan Liem Swie King dengan 17-16 setelah bola pengembalian Liem Swie King dinyatakan keluar.

Begitu memenangkan pertandingan Icuk Sugiarto langsung melompat kegirangan merayakan keberhasilannya menjadi Juara Dunia 1983 lalu kemudian dengan hangat menyalami dan merangkul Liem Swie King diiringi tepuk tangan membahana dari penonton di Brondbyhallen Kopenhagen. Ratu Margrethe II,Craig Reedie dan Juan Antonio Samaranch juga turut berdiri memberi aplaus atas permainan hebat yang diperlihatkan oleh Liem Swie King dan Icuk Sugiarto.
Icuk Sugiarto dengan penuh kebahagiaan maju ke podium Juara dan menerima medali serta penghargaan dari Ratu Margrethe II, Presiden IOC Juan Antonio Samaranch dan Presiden IBF Craig Reedie. Media yang meliput kala itu menobatkan Final antara Icuk Sugiarto dan Liem Swie King sebagai pertadingan terbaik pada tahun 1983. Tak lupa Han Jian dan Prakash Padukone juga memberi pujian atas penampilan Icuk Sugiarto dan Liem Swie King di Final.

Kemeriahan dan kompetisi yang menarik di Kejuaraan Dunia 1983 mendapat apresiasi khusus dari Presiden IOC Juan Antonio Samaranch yang menilai bulutangkis layak dipertandingkan di Olimpiade. Pada IOC Session ke-90 di Berlin yang berlangsung pada 4-6 Juni 1985, IOC secara resmi menyatakan akan memasukkan bulutangkis sebagai cabang resmi di Olimpiade Barcelona 1992. Sebagai langkah awal bulutangkis dijadikan ajang eksebisi di Olimpiade Seoul 1988.
Dan akhirnya pada Olimpiade 1992 yang digelar di tempat kelahiran Presiden IOC Juan Antonio Samaranch di Barcelona bulutangkis resmi dipertandingkan. Dan akhirnya Indonesia pertama kali sukses merebut Medali Emas Olimpiade melalui Susy Susanti (tunggal putri) dan Alan Budikusuma (tunggal putra).