Oleh : Indra Efendi Rangkuti

MEDANSPORT.ID – MEDAN – Marco Van Basten adalah salah satu striker terbaik yang pernah menghiasi pentas sepakbola Internasional.Ketajamannya melalui tendangan dan sundulan mautnya dalam membongkar pertahanan dan mengoyak gawang lawannya membuat dirinya menjadi idola publik sepakbola di era 80-an dan 90-an.

Nilai plus Van Basten bertambah dengan fakta bahwa sebagian besar gol – gol yang dicetaknya tercipta dengan spektakuler. Selain tajam dalam membobol gawanf lawan dengan spektakuler,Van Basten juga hebat dalam menghasilkan assist matang bagi rekan – rekannya untuk mencetak gol.Inilah yang membuat Van Basten menjadi inspirasi bagi banyak striker saat itu.Dennis Bergkamp, Patrick Kluivert, Ruud Van Nistelrooy, Ronaldo Luiz Nazario, Alessandro Del Piero, Marco Simone, Andriy Shevchenko dan Filippo Inzaghi adalah sosok – sosok yang menjadikan Van Basten sebagai inspirasi bagi mereka dalam bermain sebagai striker.

Paolo Maldini yang juga sahabat baiknya di AC Milan menganggap bahwa Van Basten adalah striker terbaik di AC Milan yang pernah bermain bersamanya.”Saya beruntung menjadi saksi hidup ketika Van Basten mencetak gol – gol spektakuler dan berseni tinggi untuk kejayaan AC Milan” ujar Maldini dalam sebuah wawancara pada tahun 2012.

Namun 17 Agustus 1995 menjadi momen kelam yang tentunya akan selalu diingat oleh pecinta AC Milan,Timnas Belanda dan publik sepakbola dunia ketika Van Basten menyatakan “gantung sepatu” akibat cedera engkelnya yang membuatnya harus menepi dari sepakbola.

Marco Van Basten hadir ke AC Milan pada 1987 bersama rekan senegaranya Ruud Gullit.Ketajaman Van Basten yang sukses meraih Golden Boot Award pada 1986 dan membawa Ajax menjadi Juara Winners Cup 1987 membuat Silvio Berlusconi tertarik menghadirkan striker berjulukan “Swan of Utrecht” itu ke AC Milan.

Van Basten yang dikenal karena kontrol bolanya yang ciamik, naluri menyerang yang tinggi, sundulan yang sempurna, serta serangan dan tendangan voli yang spektakuler memang membuat dirinya menjadi sosok bintang Belanda yang menjadi incaran banyak klub top Eropa masa itu untuk bergabung. Namun akhirnya AC Milan yang beruntung mendapatkan sosok pria kelahiran Utrecht 31 Oktober 1964 itu.

Pada partai debutnya bersama AC Milan melawan Pisa Van Basten sukses mencetak gol lewat titik putih dan membawa AC Milan menang 3-1 atas Pisa.Namun kemudian sinarnya sempat meredup. Hal ini akibat cedera engkel parah yang sempat dideritanya di Ajax kambuh. Akhirnya Van Basten harus menepi dari skuad utama AC Milan selama 6 bulan.

Van Basten kembali memperkuat AC Milan di paruh kedua musim di pertandingan ke-25 dengan memperkuat AC Milan melawan Empoli dan kembali sukses mencetak gol dan membawa AC Milan sukses menaklukkan Empoli.

Pada partai “hidup mati” perebutan juara Serie A musim 1987/1988 di kandang Napoli, Van Basten yang bermain sebagai pengganti sukses mencetak gol penentu kemenangan AC Milan atas Napoli 3-2 dan hal inilah yang memuluskan langkah AC Milan merebut gelar Juara Serie A musim 1987/1988 dari Napoli.

Di musim awalnya ini Van Basten hanya tampil 11 kali bersama AC Milan di Serie A dengan torehan 3 gol. Hal ini sempat membuat isu Basten akan dilepas oleh AC Milan.Namun Berlusconi tetap masih yakin bahwa Van Basten akan bangkit dan sukses bersama AC Milan.

Seusai tampil gemilang dengan membawa Timnas Belanda menjadi Juara Piala Eropa 1988 dan menjadi top skor di Piala Eropa 1988 tersebut nama Van Basten kembali bersinar cerah. Apalagi gol yang dicetaknya di Final Piala Eropa 1988 menjadi salah satu gol terbaik dalam sejarah sepakbola dunia.

Kesuksesan di Piala Eropa 1988 tersebut membuat Van Basten tampil trengginas bersama AC Milan di musim 1988/1989. Diawali dengan sukses membawa AC Milan menjadi Juara Piala Super Italia 1988 dengan menaklukkan Sampdoria 3-1 dimana Van Basten mencetak 1 gol. Kemudian di pentas Serie A gol demi gol lahir dari kaki dan kepalanya menandakan ketajamannya telah kembali. Total 19 gol dicetaknya di Serie A musim 1988/1989 dan menempatkannya sebagai peringkat kedua top skor Serie A musim 1988/1989 di bawah bintang Inter Milan Aldo Serena yang mencetak 22 gol.

Sayang walau ketajamannya sudah kembali namun Van Basten gagal membawa AC Milan mempertahankan Scudetto karena kalah bersaing dengan Inter Milan. Namun Van Basten yang didukung oleh rekan senegaranya Ruud Gullit dan Frank Rijkaard sukses membawa AC Milan Berjaya di Champions Cup 1989. Di Final AC Milan sukses menjadi Juara setelah menaklukkan klub Rumania Steau Bucharest dengan skor 4-0 lewat 2 gol yang dicetak oleh Ruud Gullit dan Marco Van Basten.

Kesuksesan ini terus berlanjut dengan sukses membawa AC Milan menjadi Juara Piala Super Eropa dengan menaklukkan Barcelona dan membawa AC Milan menjadi Juara Toyota Cup 1989 dengan menaklukkan Nacional Medelin.

Pada 27 Desember 1988 Marco Van Basten meraih Ballon D’Or 1988 setelah mengalahkan 2 rekan setimnya di AC Milan dan Timnas Belanda yaitu Ruud Gullit dan Frank Rijkaard. Kesuksesan ini membuat AC Milan menjadi klub yang mendapat pujian tinggi karena 3 pemainnya tampil di podium utama Ballon D’Or 1988. Hingga kini belum pernah lagi ada 3 pemain yang satu klub dan satu negara tampil di podium Ballon D’Or.

Pada musim 1989/1990 Van Basten kembali tampil moncer bersama AC Milan.Total 19 gol dicetaknya untuk AC Milan di Serie A dan menjadikan dirinya menjadi Top Skor Serie A musim 1989/1990. Namun sayang AC Milan kembali gagal meraih Scudetto karena kalah bersaing dengan Napoli.

Namun di Champions Cup,Van Basten sukses membawa AC Milan mempertahankan gelar Juara yang diraih pada musim sebelumnya.Di Final AC Milan sukses menjadi Juara setelah menaklukkan klub asal Portugal Benfica 1-0 lewat gol tunggal yang dicetak Frank Rijkaard setelah menerima umpan matang dari Van Basten. Kesuksesan itu terus berlanjut di Piala Super dimana AC Milan kembali sukses menjadi Juara dengan menaklukkan Sampdoria dan di akhir tahun 1990 kembali sukses menjadi Juara Toyota Cup setelah menaklukkan klub asal Paraguay Olimpia 3-0.

Pada 26 Desember1989 Marco Van Basten meraih Ballon D’Or 1989 menyamai prestasi yang diraih pada tahun sebelumnya.Van Basten sukses meraihnya mengalahkan 2 rekan setimnya di AC Milan Franco Baresi dan Frank Rijkaard.

Marco Van Basten, Ruud Gullit dan Frank Rijkaard di panggung Ballon D’Or 1988

Kegagalan musim 1990/1991 baik di Serie A maupun Eropa membuat Van Basten terlibat perselisihan dengan pelatih Arrigo Sacchi dan berujung pergantian pelatih kepada Fabio Capello.

Di musim 1991/1992 ini Van Basten kembali menemukan ketajamannya.Dengan dukungan Gullit, Rijkaard, Ancelotti dan rekan – rekannya Van Basten sukses menjadi Top Skor dengan torehan 25 gol.

Selain itu Van Basten bersama rekan – rekannya sukses membawa AC Milan meraih Scudetto Serie A musim 1991/1992 dengan status tak terkalahkan hingga akhir musim.Kesuksesan ini kembali membuat Van Basten kembali meraih Ballon D’Or 1992.

Musim 1992/1993 AC Milan kembali tampil trengginas. Van Basten kembali menunjukkan ketajamannya di Serie A dan Champions League.Bahkan Van Basten sukses mencatat sejarah sebagai pemain pertama yang sukses mencetak 4 gol dalam satu pertandingan di Champions Cup/League ketika AC Milan menaklukkan klub Swedia IFK Gothenburg 4-0 di San Siro pada 25 November 1992.

Kesuksesan terus menghampiri Van Basten ketika pada Januari 1993 FIFA World Player of The Year atas prestasinya sepanjang tahin 1992.

Sayang setelah itu cedera engkel parah mendera Van Basten yang membuat dirinya hanya tampil sebanyak 15 kali di Serie A dengan torehan 13 gol.

Walau demikian Van Basten kembali sukses membawa AC Milan meraih Scudetto musim 1992/1993. Dengan kondisi cederanya yang belum pulih total Van Basten dengan persetujuan AC Milan memaksakan diri untuk tampil di Final Champions League 1993 melawan Marseille. Dan akhirnya dirinya “babak belur” dihajar stopper Marseille Basile Boli yang menempelnya dengan ketat dan kerap “menghajar” engkelnya. Akhirnya AC Milan takluk dari Marseille 0-1 dan inilah penampilan terakhir Van Basten bersama AC Milan di lapangan hijau.

Sepanjang musim 1993/1994 dan 1994/1995 Van Basten menghilang dari lapangan hijau dengan harapan bisa sembuh dari cedera engkelnya dengan menjalani pemulihan. Namun sayang,upaya tersebut gagal total. Dan akhirnya pada 17 Agustus 1995 Van Basten menyerah melawan cederanya dan memutuskan “gantung sepatu” pada usia 30 tahun.

Momen haru terlihat ketika Van Basten melambaikan salam perpisahan menjelang duel AC Milan dengan Juventus pada Trofeo Berlusconi 1995 di San Siro. Suporter AC Milan memberi aplaus sambil membentangkan spanduk “San Siro Tanpa Van Basten Ibarat Garuda Tanpa Sayap” yang disambut air mata haru Van Basten.

Marco Van Basten melambaikan tangan ke arah penonton di San Siro ketika selebrasi perpisahan dirinya digelar pada 17 Agustus 1995

Demikian juga air mata haru sang pelatih Fabio Capello saat Van Basten meninggalkan lapangan.

“Leonardo Da Vinci sepakbola itu telah pergi meninggalkan kami. AC Milan kehilangan roh serangan yang telah memberi kejayaan buat kami. Sungguh berat kehilangan Van Basten bagi kami” ucap Wakil Presiden AC Milan Adriano Galliani saat itu.

Dan kini genap 30 tahun Marco Van Basten menutup kisah indahnya di sepakbola.

Bagikan: