Oleh : Indra Efendi Rangkuti

MEDANPORT.ID – MEDAN – Setelah pertama kali dipertandingkan secara resmi di Olimpiade Barcelona 1992, untuk ketujuh kalinya bulutangkis kembali dipertandingkan di Olimpiade Rio De Janeiro 2016.Dan Indonesia kembali menaruh harapan besar untuk kembali mengulangi sukses yang diraih di Olimpiade Barcelona 1992,Atlanta 1996, Sydney 2000, Athena 2004 dan Beijing 2008.

Bulutangkis di Olimpiade Rio De Janeiro 2016 digelar pada 11 – 20 Agustus 2016 di Fourth Pavilion of Riocentro. Bulutangkis waktu itu menggelar 5 nomor pertandingan yaitu tunggal putra,tunggal putri,ganda putra,ganda putri dan ganda campuran.Ganda campuran saat itu menjadi salah satu andalan Indonesia untuk merebut medali emas.

Indonesia saat itu berhasrat mengembalikan kejayaan bulutangkis setelah gagal total meraih medali di Olimpiade London 2012.Prestasi terbaik pebulutangkis Indonesia di Olimpiade London 2012 diraih oleh pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang lolos ke Semifinal.Sayang di Semifinal Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir takluk pasangan China Xu Chen/Ma Jin.Dan di perebutan medali perunggu Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir kembali takluk dari pasangan Denmark Joachim Fischer/Christinna Pedersen.

Kegagalan total di Olimpiade London 2012 ini menjadi tantangan berat yang harus dibenahi oleh Ketua Umum PB PBSI periode 2012-2016 Gita Wirjawan yang mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan PB PBSI dari ketua umum sebelumnya Djoko Santoso.
Salah satu langkah besar yang diambil oleh Gita Wirjawan adalah membawa pulang legenda bulutangkis Indonesia Rexy Mainaky yang sukses melatih di luar negeri.Rexy Mainaky diangkat sebagai Ka.Bid.Binpres PBSI.Selain itu legenda bulutangkis lainnya seperti Susy Susanti dan Ricky Soebagdja juga dilibatkan dalam kepengurusan.

Selain sisi pembinaan hal lain yang juga diubah Gita Wirjawan adalah sistem kerjasama sponsor dengan pemain, pelatih dan asisten pelatih pelatnas yang semula bersifat kolektif menjadi kontrak individual.Hal ini membuat pemain mendapat nilai kontrak yang jauh lebih baik dari sebelumnya dan berujung kepada peningkatan prestasi pemain.

Salah satu sektor yang meningkat pesat prestasinya adalah sektor ganda campuran.Pada tahun 2013 Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir sukses mempertahankan gelar Juara All England yang mereka raih pada 2012.Selain itu mereka sukses meraih juara India Open,Singapore Open dan China Open.Dan yang paling sensasional pada tahun 2013 Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir sukses meraih gelar Juara Dunia di Guangzhou China setelah menaklukkan pasangan China Xu Chen/Ma Jin.

Di tahun 2014 mereka kembali berjaya dengan meraih gelar juara All England,Singapore Open dan French Open.Sayangnya prestasi mereka mulai agak meredup pada akhir 2014 setelah takluk di Final Asian Games.Di tahun 2015 dan 2016 prestasi merkea juga “turun naik” dan tidak konsisten.Mereka bahkan gagal mempertahankan gelar Juara Dunia setelah takluk di Semifinal.Yang menyesakkan Kejuaraan Dunia pada 2015 digelar di Jakarta.Demikian juga dengan All England yang gagal mereka pertahankan setelah berjaya pada 2012,2013 dan 2014.
Pada 2016 jelang Olimpiade digelar prestasi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juga tidak stabil.Mereka hanya sukses meraih juara di Malaysia Open.Di All England 2016 mereka takluk di babak 8 besar.Walau begitu harapan baru muncul dengan tampilnya Praveen Jordan/Debby Susanto menjadi Juara All England 2016 setelah di Final menaklukkan pasangan tangguh China Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Keberhasilan Praveen Jordan/Debby Susanto ini membuat optimisme kembali muncul bahwa sektor ganda campuran bisa menjadi andalan meraih Medali Emas di Olimpiade Rio De Janeiro 2016.Ka.Bid.Binpres PBSI Rexy Mainaky bersama,pelatih ganda campuran yang juga kakaknya Richard Mainaky dan Direktur Pelatnas PBSI Christian Hadinata benar – benar berusaha keras agar Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto untuk siap berprestasi di Olimpiade Rio De Janeiro 2016.

Indonesia saat itu meloloskan 2 pasangan yaitu Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto.Kegemilangan kedua pasangan ganda putra terbaik Indonesia tersebut pada periode 2013-2016 membuat PB PBSI berharap besar kedua pasangan Indonesia tersebut bisa menyumbangkan Medali Emas untuk kontingen Indonesia.

Saat itu Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menduduki peringkat 3 dunia dan Praveen Jordan/Debby Susanto menduduki peringkat 5 dunia.Walau tidak berada di posisi puncak kedua pasangan tersebut tetapmenjadi unggulan untuk meraih Medali Emas di Olimpiade Rio De Janeiro 2016.

Bagi Liliyana Natsir ini adalah kali ketiga berlaga di Olimpiade.Sebelumnya Liliyana Natsir berlaga di Olimpiade Beijing 2008 bersama Nova Widianto dan Olimpiade London 2012 bersama Tontowi Ahmad. Sedangkan Praveen Jordan/Debby Susanto ini adalah kali pertama berlaga di Olimpiade.

Ka.Bid.Binpres PBSI Rexy Mainaky bersama,pelatih ganda campuran Richard Mainaky dan Direktur Pelatnas PBSI Christian Hadinata meminta anak – anak asuhnya untuk fokus dan waspada terhadap rival – rival berat yang siap menjegal langkah mereka untuk meraih Medali Emas di Olimpiade Rio De Janeiro tersebut.Saat itu ada beberapa pasangan yang diperkirakan akan menjadi “rival berat” bagi kedua pasangan Indonesia tersebut.Pasangan tersebut antara lain adalah Zhang Nan/Zhao Yunlei (China),Xu Chen/Ma Jin (China),Ko Sung Hyun/KimHa Na (Korea Selatan), Joachim Fischer/Christinna Pedersen (Denmark), Chris Adcock/Gabrielle Adcock (Inggris) dll.

Diantara mereka dua pasangan China Zhang Nan/Zhao Yunlei dan Xu Chen/Ma.Jin adalah pasangan yang kerap menjadi batu sandungan bagi kedua ganda campuran Indonesia tersebut.Apalagi saat itu Zhang Nan/Zhao Yunlei menduduki peringkat 1 dunia.Walau takluk dari Praveen Jordan/Debby Susanto di Final All England 2016 Zhang Nan/Zhao Yunlei adalah favorit kuat untuk meraih Medali Emas di Olimpiade Rio De Janeiro 2016.

Di Olimpiade Rio De Janeiro 2016 Praveen Jordan/Debby Susanto berada di Grup A bersama Zhang Nan/Zhao Yunlei,Michael Fuchs/Brigit Michels (Jerman),Lee Cun Hei/Chau Hoi Wah (Hongkong).Pada pertandingan pertama Praveen Jordan/Debby Susanto sukses menakklukkan Lee Cun Hei/Chau Hoi Wah dengan rubber set 21-12,19-21 dan 21-15.Di pertandingan kedua Praveen Jordan/Debby Susanto berhasil menundukkan Michael Fuchs/Brigit Michels straight set 21-16 dan 21-15.Namun di pertandingan terakhir Praveen Jordan/Debby Susanto takluk dari Zhang Nan/Zhao Yunlei dengan straight set 11-21 dan 18-21. Praveen Jordan/Debby Susanto lolos ke babak 8 besar sebagai Runner Up Grup A.

Di Olimpiade Rio De Janeiro 2016 Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berada di Grup C bersama Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia),Bodin Isara/Savitree Amitrapai (Thailand) dan Robin Middleton/Leanne Choo (Australia).Di pertandingan pertama Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil menaklukkan Robin Middleton/Leanne Choo dengan straight set 21-7 dan 21-8. Di pertandingan kedua Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menundukkan Bodin Isara/Savitree Amitrapai dengan straight set 21-11 dan 21-13. Di pertandingan terakhir Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menaklukkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dengan straight set 21-15 dan 21-11. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir lolos ke babak 8 besar sebagai Juara Grup C.

Di babak 8 besar Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir terlibat “perang saudara” dengan Praveen Jordan/Debby Susanto.Walau demikian keduanya bertarung dengan ketat dan sama – sama ngotot untuk menang.Akhirnya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir laga ‘perang saudara” ini dengan straight set 21-16 dan 21-11.

Di Semifinal Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menghadapi laga berat dengan peringkat 1 dunia Zhang Nan/Zhao Yunlei.Banyak yang menyebut laga kedua pasangan ini sebagai “Final Kepagian” karena keduanya adalah favorit meraih Medali Emas.
Zhang Nan/Zhao Yunlei lebih diunggulkan untuk memenangkan laga Semifinal ini.Dari 18 pertemuan sebelumnya Zhang Nan/Zhao Yunlei unggul dengan 13 kemenangan berbanding 5 kemenangan yang diraih Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Bahkan sepanjang 2015-2016 Zhang Nan/Zhao Yunlei selalu menang atas Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.Namun pelatih ganda campuran Richard Mainaky meminta Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir untuk tidak gentar menghadapi Zhang Nan/Zhao Yunlei walau pasangan China itu unggul dalam head to head.

Laga Semifinal Zhang Nan/Zhao Yunlei dengan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berlangsung ketat dan menarik Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tampil berani dengan mengambil insiatif menyerang.Namun Zhang Nan/Zhao Yunlei juga tampil ngotot dengan pertahanan yang ketat dan serangan balik yang mematikan.Akhirnya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir sukses memenangkan laga berat tersebut dengan straight set 21-16 dan 21-15 dan melangkah ke Final.

Di Semifinal lainnya pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying secara mengejutkan sukses menaklukkan pasangan tangguh China lainnya Xu Chen/Ma.Jin dengan 21-12 dan 21-19. Chan Peng Soon/Goh Liu Ying melangkah ke Final menantang Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang menaklukkan mereka di penyisihan Grup C.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menatap Final dengan optimisme tinggi.Ini dikarenakan mereka memiliki rekor pertemuan yang yang cukup baik atas Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.Dari 9 pertemuan sebelumnya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih 8 kemenangan.Apalagi di pertemuan terakhir mereka di penyisihan Grup C Olimpiade Rio De Janeiro 2016 Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menang atas Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.

Walau begitu Ka.Bid.Binpres PBSI Rexy Mainaky dan pelatih Richard Mainaky mengingatkan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir untuk tetap berhati – hati menghadapi pasangan Malaysia tersebut.Apalagi Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dalam kepercayaan diri yang tinggi setelah menaklukkan Xu Chen/Ma.Jin di Semifinal.
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi satu – satunya wakil Indonesia di Final Olimpiade Rio De Janeiro 2016.Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir memiliki motivasi tinggi untukmenebus kegagalan mereka di Olimpiade London 2012 sekaligus membuktikan mereka bisa bangkit setelah hasil buruk yang mereka raih sepanjang 2015-2016.

Rabu 17 Agustus 2016 bertempat di Fourth Pavilion of Riocentro berlangsunglah Final Ganda Campuran Bulutangkis Olimpiade 2016.Publik Indonesia berharap besar Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mampu mempersembahkan Medali Emas kepada Indonesia.
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir memulai pertandingan dengan penampilan yang meyakinkan.Mereka tampil agresif dan impresif.Dan akhirnya di set pertama ini Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menang dengan skor 21-14.

Sorak sorai pendukung Indonesia yang hadir di Fourth Pavilion of Riocentro langsung bergemuruh menyaksikan penampilan impresif Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di set pertama.kemenangan di set pertama ini membuat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir makin percaya diri di set kedua.

Dengan gencar Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menyerang Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.Aksi tersebut membuat Chan Peng Soon/Goh Liu Ying tak berkutik dan frustrasi karena permainan mereka tak berkembang.Akhirnya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menang dengan skor 21-12 sekaligus memastikan meraih Medali Emas.

Begitu pukulan tajam Tontowi Ahmad tidak mampu dikembalikan dengan sempurna oleh Goh Liu Ying,meledaklah kegembiraan dan keharuan pada diri Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.Keduanya sama – sama berteriak kencang sambal sujud syukur.Lalu Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berlari memeluk sang pelatih Richard Mainaky dan ketiganya berangkulan dengan penuh keharuan dan kebahagiaan.

Di tribun pengurus PB PBSI dan KOI berpelukan dengan penuh kegembiraan dan keharuan.Para penonton juga bertepuk tangan dan bersorak sorai sambil membentangkan bendera Merah Putih dengan penuh kegembiraan. Ka.Bid.Binpres PBSI Rexy Mainakyyang duduk di tribun juga terlihat berkaca – kaca matanya ketika disalami oleh para penonton.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir kemudian mendatangi Chief De Mission Indonesia Raja Sapta Oktohari di tribun dan merekapun berangkulan dengan penuh kegembiraan. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juga disalami oleh pengurus PBSI dan KOI yang ada di tribun beserta para penonton.

Liliyana Natsir kemudian berlari mengitari lapangan sambal membawa bendera Merah Putih diiringi Tontowi Ahmad.Lagu “We Are The Champion” bergema di stadion menyambut kemenangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir maju ke podium Juara yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari pendukung Indonesia di tribun. Tepuk tangan penonton bergemuruh ketika Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menerima kalungan Medali Emas dan cendera mata.

Air mata haru tak dapat ditahan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan para penonton yang hadir ketika bendera Merah Putih berkibar dan Indonesia Raya berkumandang sebagai penghormatan atas keberhasilan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih Medali Emas di Olimpiade Rio De Janeiro 2016 ini. Momen itu terasa istimewa karena momen tersebut bersamaan dengan peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia ke-71 pada 17 Agustus 2016.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mempersembahkan Medali Emas yang mereka raih untuk seluruh rakyat Indonesia dan sebagai kado untuk peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia yang ke-71 pada 17 Agustus 2016.

Di Olimpiade Rio De Janeiro 2016 bulutangkis menyumbangkan 1 Medali Emas, Bulutangkis menjadi satu – satunya cabang olahraga yang menyumbangkan Medali Emas untuk Indonesia di Olimpiade Sydney 2000 ini.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi pasangan ganda campuran Indonesia pertama yang meraih Medali Emas Olimpiade.Sebelumnya prestasi tertinggi ganda campuran Indonesia di Olimpiade adalah Medali Perak yang diraih Tri Kusharyanto/Minarti Timur (Olimpiade Sydney 2000) dan Nova Widianto/Liliyana Natsir (Olimpiade Beijing 2008).

Selain bulutangkis,angkat besi menjadi cabang olahraga yang juga menyumbangkan medali untuk Indonesia lewat Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni Agustiani (Medali Perak).
Torehan 1 Medali Emas,dan 2 Medali Perak ini menghantarkan Indonesia duduk peringkat 46 klasemen akhir perolehan medali Olimpiade 2016 ini.

Itulah momen bersejarah ketika bulutangkis Indonesia meraih Medali Emas di Olimpiade Rio De Janeiro 2016.Sebuah catatan kejayaan bulutangkis Indonesia di pentas Olimpiade.

Bagikan: