
MEDANSPORT.ID – MEDAN – Tanggal 14 Juli diperingati sebagai “Hari Pajak” oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kemenkeu RI. Peringatan Hari Pajak Nasional mengacu pada kata pajak yang pertama kali muncul dalam ‘Rancangan UUD 1945 yang disampaikan pada sidang BPUPKI pada tanggal 14 Juli 1945 pada Bab VII Hal Keuangan.
Pada Pasal 23 butir kedua disebutkan “Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang- Undang”.
Sejak tanggal 14 Juli 1945 itu, urusan pajak terus masuk dalam pembahasan Rancangan UUD 1945. Bahkan, pajak mendapatkan pembahasan khusus pada tanggal 16 Juli 1945 yang merincinya sebagai sumber-sumber penerimaan utama Negara.
Tapi tak banyak orang yang tahu bahwa PSMS Medan pernah punya hubungan yang sangat erat dan penuh historis dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Seusai membawa PSMS Medan lolos hingga Semifinal AFC Champions Cup 1970 di Teheran, bintang – bintang Timnas yang tadinya dikontrak klub anggota PSMS yaitu Pardedetex seperti : Soetjipto Soentoro, Yudo Hadianto, Iswadi Idris, Abdul Kadir, Jacob Sihasale, M. Basri, Max Timisela dll kembali ke klub asal mereka sebelum pindah ke Medan. Demikian juga dengan Ipong Silalahi yang pindah ke PSL Langkat.

Saat itu hanya libero asal Krawang Anwar Ujang dan anak – anak Medan seperti : Yuswardi, Sunarto, Ronny Pasla, Syamsuddin, Azis Siregar, Zulham Yahya,Sarman Panggabean, Nobon dan Tumsila yang tetap bertahan di PSMS.
Selain itu T.D Pardede yang sejak 1969 – 1970 menjadi manajer sekaligus bertanggung jawab mendanai PSMS dan Timnas memutuskan mundur sejenak dan fokus mengurus bisnis dan usaha yang dikelolanya.
Keadaan ini membuat PSMS berada dalam posisi sulit karena tidak ada yang mau menjadi manajer dan mendukung pendanaan PSMS menuju Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI 1971. Apalagi skuad PSMS yang kembali didominasi anak – anak Medan sempat diragukan untuk bisa mempertahankan gelar Juara yang diraih pada 1969.
Pada akhirnya Ketua Umum PSMS M.H Sinaga merasa lega karena Gubernur Sumut Marah Halim Harahap dan Walikota Medan sekaligus pembina PSMS Medan H. Sjoerkani berhasil mengajak tokoh – tokoh sepakbola dari Kanwil DJP Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) melalui unit kerjanya Kantor Inspeksi Pajak Medan yang waktu itu dipimpin Sarwono untuk turun tangan menangani PSMS.
Kantor Inspeksi Pajak Medan pada waktu itu aktif membina klub anggota PSMS yaitu Perisai. Kantor Inspeksi Pajak Medan ini yang tampil menjadi penyelamat PSMS karena bersedia menjadi penanggung jawab PSMS untuk menghadapi Kejurnas PSSI 1971 tersebut.

Yuswardi adalah pemain legendaris PSMS dan Timnas yang juga pegawai DJP
Tokoh – tokoh dari Kantor Inspeksi Pajak Medan yang tampil menangani PSMS tersebut adalah Ny. Moen Sarwono yang menjadi Chief De Mission dan Affan Ahmad yang menjadi Manajer dan dibantu oleh beberapa staf yang menjadi ofisial seperti Harmaini Hasan dll.
Keterlibatan mereka ini akhirnya berbuah manis dengan keberhasilan PSMS meraih Juara Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI 1971. Momen ini disambut hangat oleh pemain, pelatih,manajer dan pengurus yang terharu mengingat awal persiapan PSMS yang sulit dan penentuan menjadi Juara baru terjadi di partai akhir putaran Final Kejurnas PSSI 1971 antara Persija dengan Persebaya yang berakhir seri.
Gelar juara ini merupakan untuk ke-3 kalinya secara beruntun PSMS Medan menjadi Juara setelah sebelumnya menjadi Juara pada 1967 dan 1969.PSMS juga menjadi klub pertama sesudah Indonesia Merdeka yang menjadi Juara Kejurnas PSSI 3 kali berturut – turut.

Keterlibatan fihak DJP terus berlanjut membina PSMS pada tahun – tahun berikutnya. Beberapa tokoh dari DJP seperti Bachrumsyah Nasution, Muslimin, Masrikan, Wahi Kartono, Sukma, Harmaini Hasan, Asril Djohan dll tampil menjadi pengelola PSMS pada era 70-an hingga era 80-an.
Apalagi kemudian beberapa bintang utama PSMS Medan bergabung dengan klub binaan DJP yang juga menjadi klub anggota PSMS yaitu Perisai seiring diterimanya mereka menjadi PNS di DJP.
Pemain – pemain tersebut antara lain : Yuswardi,Tumsila, Nobon, Parlin Siagian, Wibisono, Saleh Harahap, Sakirman Saswa, Taufik Lubis, Amansyah Harahap,Suwitno dll.
Selain pemain yang menjadi PNS di DJP Perisai juga melahirkan beberapa bintang PSMS antara lain Chaerulsan Siregar, Legimin, Arpen Sembiring, Benny Van Breukelen, Fidel Ganis Siregar, Musimin, Hamdardi, Azhary Rangkuti, Subono AT dll.
Pada dekade 70-an dan awal 80-an Perisai juga menjadi klub yang kerap menjadi Juara Kompetisi Divisi Utama PSMS.Pada dekade ini Perisai bersaing ketat dengan Bintang Utara menjadi Juara Kompetisi Divisi Utama PSMS
Selain Perisai, DJP juga membina klub Teras dan melahirkan beberapa bintang ternama yang membela PSMS antara lain : Taraswin Sapta, Ricky Yacob,Toyo Haryono, Zein Harahap, Jampi Hutauruk serta beberapa bintang lainnya.
Dan sejarah juga mencatat bintang – bintang yang dibina DJP lewat Perisai dan Teras tersebut juga menjadi bintang – bintang utama yang membawa kejayaan Timnas Indonesia di berbagai turnamen dan event olahraga Internasional. Bintang – bintang tersebut adalah : Yuswardi, Wibisono, Nobon, Tumsila, Taufik Lubis, Chaerulsan Siregar, Ricky Yacob, Azhary Rangkuti, Benny Van Breukelen, Toyo Haryono dll.

Yuswardi,Taufik Lubis,Nobon,Tumsila dan Parlin Siagian adalah pegawai DJP
Ketika PSMS Medan menjadi Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI 1983, dua orang dari Trio Pelatih PSMS berasal dari pegawai DJP yaitu Wibisono dan Parlin Siagian.Parlin Siagian sendiri pada 1985 kembali menangani PSMS dan sukses membawa PSMS kembali menjadi Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI.
Keterlibatan pegawai DJP baik sebagai pengurus,pelatih dan pemain ini membuat para pegawai DJP menjadi pendukung PSMS ketika PSMS bertanding di Medan dan luar Sumatera Utara.Bahkan pada masa itu masyarakat Medan dan Sumut banyak termotivasi untuk menunaikan kewajibannya sebagai Wajib Pajak karena kehadiran fihak DJP dalam membawa kejayaan PSMS Medan.

Kontribusi pegawai DJP untuk sepakbola di Sumut bukan hanya di PSMS tapi juga di Tim PON Sumut.Pada PON 1985 dan 1989 salah seorang pegawai DJP yang juga Legenda PSMS dan Timnas Nobon tampil menjadi Pelatih.Sebagai Pelatih Nobon sukses membawa Sumut meraih Medali Emas pada PON 1985 dan 1989 tersebut.
Nostalgia kenangan kebersamaan DJP dalam membina PSMS itu pula yang kemudian menjadi salah satu alasan Nothcliff menjadi sponsor PSMS di Liga 1 tahun 2018.Saat itu CEO Northcliff Erry Sulistio mengungkapkan salah satu pendorong utama dirinya membawa Northcliff menjadi sponsor PSMS adalah karena dirinya punya ikatan bathin yang kuat dengan PSMS mengingat dirinya adalah putra dari salah seorang pegawai DJP yang pada era 70-an dan 80-an menjadi pengurus PSMS yaitu Muslimin.

Kenangan ketika dirinya kerap dibawa sang ayah ketika mendampingi PSMS bertanding membuat dirinya punya ikatan emosional yang kuat dengan PSMS.
Dengan data dan fakta ini jelaslah kejayaan PSMS Medan dan Tim PON Sumut tidak bisa dipisahkan dari peran serta DJP lewat para pegawainya baik sebagai pemain,pelatih,ofisial dan pengurus.
SELAMAT HARI PAJAK 2025 DENGAN THEMA “PAJAK TUMBUH INDONESIA TANGGUH”