
Oleh: Indra Efendi Rangkuti
MEDANSPORT.ID – MEDAN – Final Liga Champions (UCL) 2024 yang berlangsung 2 Juni 2024 yang berlangsung di Stadion Wembley berhasil dimenangkan oleh Real Madrid setelah mnenaklukkan Borussia Dortmund 2-0. Kemenangan ini membuat Real Madrid mencatat rekor sebagai klub yang sukses menjadi klub terbanyak menjadi Juara UCL dengan 15 kali torehan gelar juara.
Selain itu sang pelatih asal Italia Carlo Ancelotti sukses menahbiskan dirinya menjadi pelatih yang paling banyak membawa klub yang dilatihnya menjadi juara UCL yaitu 5 kali. Sebelumnya Ancelotti sukses membawa AC Milan menjadi Juara UCL pada 2003 dan 2007 serta membawa Real Madrid menjadi Juara UCL pada 2014,2022 dan kini pada 2024.
Keberhasilan Ancelotti yang akrab disapa Carletto ini tentunya tidak diraih melalui proses instan atau seperti “durian runtuh” karena di masa – masa awal karir kepelatihannya dirinya sempat dianggap sebagai “pelatih gagal” dan sempat dipandang sebelah mata oleh para pelaku dan pecinta sepakbola.
Namun pelan tapi pasti Carletto membuktikan dirinya adalah sosok pelatih yang bisa memberi prestasi untuk tim – tim yang ditanganinya. Sebagai pemain kiprah Ancelotti terbilang sukses dan penuh dengan torehan prestasi emas terutama ketika memperkuat AC Milan. Carletto yang lahir di Reggiolo Italia 10 Juni 1959 ini memulai karir profesionalnya sebagai pesepakbola bersama Parma pada 1974 yang waktu itu dilatih oleh Cesare Maldini (ayah Paolo Maldini).
Di bawah asuhan legenda AC Milan itu Carletto menemukan posisi terbaik untuknya sebagai gelandang serang dan “second stiker” yang handal. Carletto berperan besar membawa Parma yang waktu itu berada di Serie C promosi ke Serie B di akhir musim 1978/1979. Seusai membawa Parma promosi ke Serie B,Carletto pindah ke AS Roma yang berkompetisi di Serie A. Di AS Roma Carletto dilatih oleh legenda AC Milan lainnya asal Swedia Nils Liedholm.
Di bawah asuhan Liedholm Carletto ditempatkan winger. Ternyata Carletto tidak kagok bermain di posisi tersebut. Di musim awalnya Carletto berperan besar membawa AS Roma menjadi Juara Coppa Italy 1980. Sukses ini terus berlanjut dengan keberhasilannya membawa AS Roma menjadi Juara Coppa Italy pada 1981 dan membawa AS Roma menempati peringkat ketiga Serie A musim 1981/1982. Keberhasilan ini membuat namanya dilirik oleh pelatih Timnas Italia waktu itu Enzo Bearzot untuk bergabung dengan Timnas Italia yang akan berlaga di Piala Dunia 1982.
Sayang walau dibawa ke Spanyol untuk berlaga di Piala Dunia 1982, kondisi Carletto yang baru pulih dari cedera membuat dirinya tidak banyak tampil dan kalah bersaing dengan Bruno Conti maupun Gabriele Oriali. Dan akhirnya Italia sukses menjadi Juara di Piala Dunia 1982 tersebut. Seusai Piala Dunia 1982 Carletto tampil trengginas bersama AS Roma dan berperan penting membawa AS Roma meraih Juara Serie A pada musim 1982/1983. Prestasi bersama AS Roma terus berlanjut dengan kesuksesan membawa AS Roma menjadi Juara Coppa Italy 1984 dan menjadi Runner Up Champions Cup (UCL) 1984. Dan pada musim 1985/1986 Carletto turut berperan membawa AS Roma menjadi Juara Coppa Italy 1986.
Penampilannya yang gemilang bersama AS Roma membuat pemilik baru AC Milan Silvio Berlusconi tertarik merekrutnya sebagai bagian dari proyek menjadikan AC Milan menjadi klub terbaik di Italia,Eropa dan Dunia. Pada 1987 Carletto hijrah ke AC Milan.Kehadirannya di AC Milan berbarengan dengan sang pelatih Arrigo Sacchi serta 2 bintang sepakbola Belanda Ruud Gullit dan Marco Van Basten.
Di bawah asuhan Sacchi, Carletto kian menemukan sianr terangnya sebagai seorang gelandang handal. Kolaborasinya yang mantap dengan kompatriotnya seperti Roberto Donadoni,Angelo Colombo,Paolo Virdis,Van Basten dan Ruud Gullit membuat AC Milan tampil digdaya di Serie A hingga akhirnya sukses menaklukkan Napoli yang waktu itu diperkuat Diego Maradona dalam perebutan Juara Serie A musim 1987/1988.
Seusai Piala Eropa 1988, AC Milan merekrut bintang Belanda Frank Rijkaard. Kehadiran Rijkaard yang bersama Gullit dan Van Basten sukses membawa Timnas Belanda menjadi Juara Piala Eropa 1988 membuat kekuatan AC Milan semakin kuat. Rijkaard yang aslinya seorang centre back oleh Sacchi diubah menjadi gelandang bertahan atau “libero midfielder” yang bertugas memutus serangan di lini tengah sekaligus menjadi sosok inisiator serangan membuat Carletto bisa berkonsentrasi membantu serangan sekaligus pembuka ruang bagi duet Gullit dan Van Basten di lini depan. Kehadiran Rijkaard ini pula yang menjadi keping “puzzle” yang menyempurnakan taktik “contro stretto” yang diterapkan Sacchi.
Taktik “contro stretto” atau pendek merapat yang diterapkan Sacchi ini merupakan perpaduan taktik khas Italia “catenaccio” dengan pola khas Belanda “Total Football” yang begitu dikagumi Sacchi. Dan kelak ketika menjadi pelatih taktik ini pula yang menjadi inspirasi bagi Carletto dalam menerapkan taktik dan strategi di lapangan.
Kehadiran Rijkaard yang tampil kompak bersama Carletto membuat kekuatan AC Milan menajdi semakin kuat. Meski kehilangan gelar Serie A yang direbut Inter Milan, AC Milan tampil trengginas di Champions Cup (UCL). Bahkan Ancelotti mulai mencuri perhatian dunia ketika di Semifinal berperan penting dalam kesuksesan AC Milan menaklukkan raksasa Spanyol Real Madrid 5-0. Gol indah Carletto membuka kemenangan AC Milan atas Madrid dan mendapat pujian dari pecinta sepakbola dan media kala itu. Gol Carletto disusul gol Frank Rijkaard, Ruud Gullit, Marco Van Basten dan Roberto Donadoni membuat AC Milan mulai disebut sebagai kekuatan baru sepakbola Eropa dan Dunia.
Dan akhirnya di Final yang digelar di Nou Camp Barcelona AC Milan sukses menjadi Juara Champions Cup (UCL) musim 1988/1989 setelah menaklukkan Steau Bucharest 4-0 lewat gol dari Ruud Gullit dan Marco Van Basten yang masing – masing mencetak 2 gol. Kesuksesan AC Milan di tahun 1989 ini terus berlanjut dengan keberhasilan menjadi Juara Piala Super Eropa setelah menaklukkan Barcelona dan menjadi Juara Piala Interkontinental (Toyota Cup) 1989 setelah menaklukkan klub Kolombia Nacional Medelin.
Di musim 1989/1990 AC Milan kembali menunjukkan kedigdayaannya. Walau gagal di Serie A karena kalah bersaing dengan Napoli, AC Milan tetap trengginas di Champions Cup (UCL). Di Final yang berlangsung di Praterstadion Wina AC Milan sukses menaklukkan Benfica Portugal 1-0 lewat gol tunggal dari Frank Rijkaard.
Kesuksesan AC Milan di tahun 1990 ini terus berlanjut dengan keberhasilan menjadi Juara Piala Super Eropa setelah menaklukkan Sampdoria dan menjadi Juara Piala Interkontinental (Toyota Cup) 1990 setelah menaklukkan Olimpia Paraguay. Setelah kegagalan di musim 1990/1991 Sacchi mundur dari AC Milan dan posisinya digantikan oleh Fabio Capello di musim 1991/1992. Pergantian pelatih ini tidak membuat Carletto kehilangan tempat.
Dirinya turut berperan membawa AC Milan meraih Juara Serie A (Scudetto) musim 1991/1992 dengan status tak terkalahkan sepanjang musim. Musim ini juga menjadi musim akhir Carletto di AC Milan sekaligus akhir karirnya sebagai pesepakbola. Cedera yang kerap menghantuinya dan kemunculan bintang baru AC Milan Demetrio Albertini membuat Carletto memutuskan “gantung sepatu” di usia 33 tahun.
Usai mundur sebagai pemain,Carletto direkrut oleh mentornya di AC Milan Arrigo Sacchi untuk menjadi asistennya di Timnas Italia yang berjuang di Pra Piala Dunia 1994. Duet keduanya sukses membawa Italia lolos ke Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Italia sukses melangkah hingga Final. Sayang Italia gagal menjadi Juara setelah takluk 2-3 dari Brazil dalam drama adu penalti. Pada tahun 1995 di sela – sela Pra Piala Eropa 1996,Carletto mundur dari jabatan asisten pelatih Timnas Italia untuk menjadi pelatih. Carletto memulai karirnya sebagai pelatih kepala dengan melatih klub Serie B Reggiana pada musim 1995/1996.
Musim ini dilalui dengan gemilang oleh Carletto dengan kesuksesan membawa Reggiana promosi ke Serie A di akhir musim 1995/1996. Seusai membawa Reggiana promosi,Carletto berlabuh ke Parma di musim 1996/1997. Carletto masuk menggantikan pelatih sebelumnya yang sukses bersama Parma yaitu Nevio Scala. Sayang meski berhasil mengorbitkan bintang – bintang muda seperti Gianluigi Buffon,Fabio Cannavaro,Enrico Chiesa dan Hernan Crespo, Carletto gagal membawa Parma merebut Scudetto dan gelar juara antar klub Eropa.Akhirnya di akhir musim 1997/1998 Carletto diputus kontraknya oleh Parma.
Pada Februari 1999,Carletto direkrut oleh Juventus menggantikan Marcello Lippi yang mundur dari jabatannya. Namun seperti halnya di Parma Carletto kembali gagal membawa Juventus berjaya baik di Serie A maupun di Eropa walau pada masa itu diperkuat bintang hebat asal Prancis Zinedine Zidane. Akhirnya di akhir musim 2000/2001 Carletto diputus kontraknya oleh Juventus. Pada November 2001 Carletto kembali ke AC Milan setelah ditunjuk oleh Berlusconi sebagai pelatih baru menggantikan pelatih asal Turki Fatih Terim.
Langkah ini awalnya dikritik karena track record Carletto yang kurang sukses ketika bersama Parma dan Juventus. Walau demikian Carletto tidak terpengaruh dan berhasil membuktikan walau Milan dihantam badai cedera pemain seperti Filippo Inzaghi yang absen hingga akhir musim dirinya mampu membawa AC Milan lolos ke Champions League (UCL) setelah di akhir musim menduduki peringkat ke-4.
Di musim 2002/2003 Berlusconi menghadirkan bintang – bintang baru seperti Clarence Seedorf,Dario Simic,Alessandro Nesta,Rivaldo dan bintang – bintang lainnya. Kehadiran bintang – bintang baru ini pula yang membuat Carletto mampu menerapkan “contro stretto” yang dipelajarinya dari Arrigo Sacchi dengan sedikit modifikasi memanfaatkan potensi pemainnya. Di samping itu Carletto juga mencoba meniru langkah Sacchi ketika melatihnya di Milan dengan melakukan eksperimen posisi pemain.
Andrea Pirlo yang biasanya bermain sebagai playmaker diubah menjadi gelandang bertahan. Demikian juga dengan Seedorf yang diubah menjadi gelandang kiri dan penyerang sayap kiri. Dario Simic yang aslinya seorang bek tengah diubah menjadi bek kanan. Ditambah dengan kehadiran Alessandro Nesta yang membuat lini belakang AC Milan menjadi lebih kokoh membuat AC Milan tampil gemilang dengan lini serang yang tajam, lini tengah yang variatif dan lini belakang yang kokoh.
Dan akhirnya bintang – bintang itu sukses dalam posisi baru yang dipilih Carletto walau keputusan ini membuat bintang – bintang seperti Rivaldo dan Fernando Redondo terpinggirkan. Walau gagal di Serie A tapi AC Milan sukses menjadi Juara Coppa Italy 2003 setelah menaklukkan AS Roma di Final. Yang paling mempesona adalah keberhasilan AC Milan menjadi Juara Champions League (UCL) 2003 setelah di Final menaklukkan Juventus lewat adu penalti.
Kesuksesan ini membuat Carletto menjadi bintang AC Milan kedua setelah Giovanni Trappatoni yang sukses menjadi Juara Champions League (UCL) sebagai pemain dan pelatih. Langkah ini kemudian diikuti oleh mantan rekan setimnya di AC Milan Frank Rijkaard yang membawa Barcelona Juara Champions League (UCL) 2006 sebagai pelatih.
Kesuksesan AC Milan di tahun 2003 terus berlanjut dengan keberhasilan menjadi Juara Piala Super Eropa 2003 setelah menaklukkan Porto 1-0. Sayang di Piala Interkontinental (Toyota Cup) 2003 AC Milan kalah dari Boca Junior lewat drama adu penalti. Di musim 2003/2004 ini pula AC Milan kedatangan 2 bintang asal Brazil yaitu Cafu dan bintang muda Kaka. Awalnya AC Milan dianggap keliru mendatangkan bintang muda Brazil ini.
Namun seiring buruknya penampilan Rui Costa di awal musim Carletto mempercayakan Kaka untuk menggantikan Rui Costa sebagai playmaker AC Milan.Ternyata keputusan Carletto ini berbuah manis. Kaka tampil gemilang berduet dengan Seedorf di lini tengah dan berperan membawa AC Milan menjadi Juara Serie A (Scudetto) musim 2003/2004. Sejak itu posisi Kaka tak tergantikan dan Rui Costa harus meninggalkan AC Milan ketika kontraknya berakhir pada 2006.
Setelah ditinggalkan Rui Costa dan sang striker Andiy Shevchenko pada awal musim 2006/2007, AC Milan sempat diragukan untuk berprestasi.Apalagi di awal musim AC Milan mendapat pengurangan poin akibat skandal calciopoli di musim sebelumnya. Namun akhirnya Carletto berhasil membuktikan dirinya adalah arsitek tim yang mumpuni.
Dengan jeli dirinya merekrut Massimo Oddo untuk mengisi bek kanan menggantikan Cafu yang mulai dimakan usia. Walau gagal dalam perebutan juara Serie A namun AC Milan sukses menjadi Juara UCL 2007 setelah di Final menaklukkan Liverpool 2-1 sekaligus membalas kekalahan menyakitkan 2 tahun sebelumnya.
Kesuksesan AC Milan pada 2007 ini terus berlanjut dengan kesuksesan menjadi Juara Piala Super Eropa 2007 setelah menaklukkan Sevilla dan pada Desember 2007 Carletto membawa AC Milan menjadi Juara Kejuaraan Dunia Antar Klub FIFA 2007 setelah di Final menaklukkan klub Argentina Boca Junior. Setelah musim 2008/2009 berakhir Carletto memutuskan meninggalkan AC Milan dan berlabuh ke klub Inggris Chelsea. Carletto mengawali karirnya di Chelsea dengan kesuksesn meraih Juara Community Shield 2009 dengan menaklukkan Manchester United. Langkah sukses Carletto berlanjut dengan kesuksesan membawa Chelsea menjadi Juara Premier League musim 2009/2010 dan menjadi Juara Piala FA 2010.
Walau sukses di awal kedatangannya namun langkah Chelsea di musim berikutnya kurang mulus. Pada akhir musim 2010/2011 Chelsea memutuskan mengakhiri kontrak Carletto. Seusai dari Chelsea, Carletto berlabuh ke Liga Prancis setelah dipinang oleh klub kaya baru Paris St.Germain (PSG) pada Desember 2011. Carletto ditunjuk menggantikan Antoine Kombouare yang dipecat oleh PSG. Walau dipenuhi banyak bintang namun langkah Carletto kurang mulus di awal kedatangannya ini karena gagal mempersembahkan gelar untuk PSG.
Di musim 2012/2013 Carletto sukses membawa PSG menjadi Juara Liga Prancis. Sayang langkah PSG terhenti di perempatfinal UCL setelah takluk dari Barcelona. Dan di akhir musim Carletto memutuskan meninggalkan PSG untuk bergabung dengan klub Spanyol Real Madrid menggantikan Jose Mourinho. Di awal kedatangannya Carletto disuguhi kehadiran bintang – bintang baru di Madrid seperti Isco,Gonzalo Higuain,Asier Illaramendi dan Gareth Bale.
Selain itu Carletto juga mengajak mantan anak asuhnya di Juventus Zinedine Zidane menjadi asistennya. Kolaborasinya bersama Zidane dan bintang – bintang baru Madrid ditambah bintang – bintang lama seperti Christiano Ronaldo, Karim Benzema, Sergio Ramos, Iker Casillas, Alvaro Morata dan lainnya sukses berkibar di Champions Leagu (UCL). Di Final Carletto sukses membawa Real Madrid menaklukkan Juara Liga Spanyol 2014 Atletico Madrid 4-1.
Kesuksesan ini menebus kegagalan Madrid di La Liga yang direbut tetangganya tersebut. Kesuksesan Carletto bersama Madrid berlanjut di Piala Super Eropa 2014 setelah Madrid sukses menjadi juara dengan menaklukkan Sevilla 2-0. Dan di akhir tahun Carletto membawa Real Madrid Juara Kejuaraan Dunia Antar Klub FIFA 2014 setelah di final menaklukkan klub Argentina San Lorenzo 2-0. Di musim 2013/2014 ini Carletto juga sukses membawa Real Madrid Juara Copa Del Rey setelah menaklukkan Barcelona 2-1 di final.
Kesuksesan ini membuat Carletto mendapat julukan baru dari pendukung Real Madrid yaitu “Don Carlo”. Sayangnya di akhir musim 2014/2015 Carletto gagal membawa Real Madrid menjadi Juara Liga Spanyol dan kalah di Semifinal Champions League (UCL) 2014 dari Juventus. Kegagalan ini membuat kontrak Carletto diputus oleh Real Madrid.
Setelah rehat sepanjang musim 2015/2016,Carletto memulai petualangan baru di Bundesliga setelah ditunjuk oleh klub Jerman Bayern Munich sebagai pelatih baru menggantikan Pep Guardiola mulai musiom 2016/2017. Di awal kedatangannya Carletto sukses membawa Munich menjadi Juara Piala Super DFL setelah menaklukkan Borussia Dortmund 2-0. Dan pada akhir musim Carletto sukses membawa Munich Juara Liga Jerman (Bundesliga).
Di awal musim 2017/2018 Carletto kembali membawa Munich menjadi Juara Piala Super DFL setelah menaklukkan Borussia Dortmund 5-4 lewat drama adu penalti. Sayang langkah Munich tersendat hingga berujung pemutusan kontrak Carletto oleh Munich setelah kalah 0-3 dari PSG di UCL. Di musim 2018/2019 Carletto kembali ke Serie A dengan menangani Napoli menggantikan Maurizio Sarri. Awalnya publik mengira dia akan kembali ke AC Milan namun tantangan di Napoli lebih menarik minatnya.
Di musim awalnya ini Carletto hanya mampu membawa Napoli menjadi Runner Up Serie A setelah kalah bersaing dari Juventus. Di musim 2018/2019 langkah Carletto bersama Napoli kembali tersendat dan berujung pemecatan dirinya oleh Napoli pada Desember 2019. Setelah dipecat oleh Napoli,di awal tahun 2020 Carletto kembali ke Inggris setelah ditunjuk menjadi pelatih baru Everton. Di musim debutnya bersama Everton ini Carletto hanya mampu membawa Everton menduduki peringkat ke-12 Liga Premier musim 2019/2020.
Di musim 2020/2021 Carletto mengajak mantan anak asuhnya di Real Madrid James Rodriguez untuk bergabung dengannya di Everton. Namun sayang kehadiran bintang Timnas Kolombia itu tidak banyak membantu kinerja Everton dan di akhir musim Everton hanya menduduki peringkat ke-10 Liga Premier musim itu. Kegagalan ini membuat Carletto mundur dari jabatannya di Everton.
Pada awal musim 2021/2022 Real Madrid kembali menunjuk Carletto menggantikan Zinedine Zidane yang mundur dari jabatannya. Di musim 2021/2022 ini Carletto dengan gemilang membawa Real Madrid menjadi Juara Liga Spanyol (La Liga). Selain itu Madrid juga dibawanya menjadi Juara Champions League (UCL) 2022 setelah menaklukkan Liverpool 1-0 di final.Ini merupakan kali ke-14 Real Madrid menjuarai Champions League (UCL).
Langkah sukses Real Madrid terus berlanjut dengan keberhasilan menjadi Juara Supercopa De Espana 2022 setelah menaklukkan Athletic Bilbao 2-0. Kesuksesan Madrid terus berlanjut dengan menjadi Juara Piala Super Eropa 2022 dengan menaklukkan Eintracht Frankfurt 2-0.Dan pada 11 Februari 2023 Carletto kembali membawa Real Madrid menjadi Juara Kejuaraan Dunia Antarklub FIFA setelah di final menaklukkan klub Arab Saudi Al Hilal 5-3 di final.
Di musim 2022/2023 Carletto gagal membawa Madrid mempertahankan gelar La Liga dan kandas di Semifinal UCL setelah takluk dari Manchester City yang akhirnya sukses menjadi Juara.Namun Carletto berhasil membawa Real Madrid menjadi Juara Copa Del Rey 2023 setelah menaklukkan Osasuna 2-0 di Final. Di awal musim 2023/2024 sempat muncul isu bahwa Carletto akan menangani Timnas Brazil.Namun isu itu ditepis oleh Carletto. Real madrid sendiri menghadapi situasi pelik karena kehilangan Karim Benzema, Eden Hazard,Marco Asensio dan Mariano Diaz. Namun insting Carletto membuat Real madrid menghadirkan bintang – bintang baru seperti Jude Bellingham, Fran Garcia dan Joselu serta menarik kembali Brahim Diaz yang dipinjamkan ke AC Milan.
Kehadiran Jude Bellingham yang dibeli mahal dari Dortmund mengingatkan publik akan keberanian Carletto menghadirkan Kaka ke AC Milan pada 2014.Dan ternyata Jude Bellingham berhasil menjawab kepercayaan Carletto kepadanya.Dirinya menjadi sosok penting di lini tengah Madrid. Demikian juga kepercayaan Carletto kepada bintang – bintang senior seperti Toni Kroos dan Luka Modric layaknya Paolo Maldini dan Alessandro Costacurta di AC Milan dahulu untuk membimbing bintang – bintang muda Madrid.
Walau sempat diwarnai oleh cederanya kiper Thibaut Courtois di awal musim namun penampilan gemilang kiper muda asal Ukraina Andriy Lunin membuat Real Madrid tetap tangguh.Ini mengingatkan ketika Carletto mengorbitkan Dida menggantikan Abbiati di AC Milan ketika Abbiati cedera. Walau akhirnya Courtois berhasil kembali menjadi kiper utama tetapi Lunin sudah siap menggantikan Courtois jika kelak hengkang dari Madrid.
Dan di musim 2023/2024 ini Real Madrid mengawali sukses dengan menjadi Juara Supercopa De Espana 2024 setelah menaklukkan Barcelona 4-1. Langkah Real Madrid juga begitu perkasa dengan berujung kesuksesan menjadi Juara Liga Spanyol (La Liga) 2024 dengan keunggulan 10 poin atas Barcelona. Dan pada 2 Juni 2024 lalu Carletto membuat Real Madrid semakin superior di Champions League (UCL) 2024 setelah di final menaklukkan Borussia Dortmund 2-0.Ini merupakan gelar UCL ke-15 bagi Real Madrid dan gelar ke-5 bagi Carlo Ancelotti sebagai pelatih.
Kesuksesan ini membuat nama Carlo Ancelotti semakin berkibar di pentas sepakbola Eropa dan Internasional. Sempat dianggap “pecundang” di awal karirnya namun perlahan tapi pasti kesuksesan besar yang diraihnya bersama AC Milan dan Real Madrid telah membuat namanya layak disebut sebagai “Pelatih Juara” dan langkah Carletto tentunya tidak hanya berhenti disini karena Ancelotti telah memperpanjang kontraknya bersama Real Madrid hingga 2026.
“Congratulazioni e successo e continua ad avere successo Don Carlo”. (***)