Memacu Adrenalin di Lintasan Jalan Raya
Rendy Berjuang Demi Wujudkan Mimpi

MEDANSPORT.ID - MEDAN - Pembalap sepeda putra bernama lengkap Rendy ini terus melakukan latihan dengan gebrakan luar biasa. Dengan maksud untuk memperbaiki waktu tempuh sesuai dengan instruksi pelatih. Pesta olahraga akbar yang digelar empat tahun sekali di tanah air ini merupakan impian yang harus terwujud bagi atlet binaan KONI Medan ini.
Berpacu dengan waktu dan terus mengayuh pedal merupakan aktivitas sehari-hari bagi atlet yang dilahirkan di Medan ini. Balap sepeda jalan raya atau dikenal dengan istilah road bike merupakan olahraga balap sepeda yang dilakukan di jalan umum dengan perkerasan.
Istilah "balap jalan raya" umumnya dilakukan di sebuah event di mana pembalap yang berkompetisi berangkat secara bersamaan dengan pemenangnya adalah pembalap yang mencapai garis finis pertama kali.
“Saya pertama kali mengenal olahraga sepeda sejak umur 10 tahun atau tepat duduk di kelas IV SD, saat itu sangat senang berlatih sepeda dengan jenis BMX. Namun, dengan perjalanan waktu mencoba untuk latihan sepeda jalanan raya. Ternyata latihan road bike memiliki keunikan untuk ditekuni dan akhirnya membuahkan prestasi," kenang anak bungsu dari lima bersaudara ini di Medan, kemarin
Atlet di bawah binaan pelatih Irwansyah Bastio ini telah membukukan berbagai prestasi antara lain, Juara 3 Tour De Danau Linting Sumatera Utara 2020, Peringkat 5 Kejurnas Palembang 2021 dan Juara 2 RBA Aceh 2022. Prestasi yang diraih anak dari pasangan almarhum Safrik dan Nurlijah tidak membuat semakin angkuh, namun sebaliknya prestasi yang diraih sebagai modal untuk menjadi yang terbaik pada PON XX/2024 Sumut-Aceh.
“Selain harus memiliki stamina yang bagus, pembalap yang sukses harus mengembangkan kemampuan mengendalikan sepeda yang sempurna karena harus mengendarai sepeda dalam kecepatan tinggi dalam jarak yang sangat dekat dengan sekumpulan pembalap lain,' urainya.
Tanjakan merupakan tempat yang bagus bagi seorang pembalap tunggal untuk mencoba memisahkan diri dari kelompok. Karena kecepatan berkendara yang lebih rendah secara signifikan mengurangi keuntungan menguntit di dalam kelompok.
"Pembalap tersebut dapat memperbesar jarak pada saat menurun karena menuruni bukit sendiri di luar kelompok memungkinkan ruang bermanuver lebih banyak dan akhirnya memberikan kecepatan lebih tinggi dibandingkan di dalam kelompok," jelas pembalap berdomisili di Jalan Karya Kasih Gang Pipa Medan ini.
Tidak dipungkri para atlet dari berbagai provinsi se-Indonesia telah mempersiapkan diri untuk berlaga, bersaing, menyingkirkan dan menjadi yang terbaik.
"Tentunya, untuk menjadi yang terbaik dibutuhkan latihan yang keras, percaya diri dan jangan jadi pelancong di negeri sendiri sebagai tuan rumah PON Sumut-Aceh," tandas cowok kelahiran 27 November 2003 ini. (***)