*Sepenggal Cerita Tim Sepakbola Sumut Jelang PON Papua

Dari Pergantian Pelatih Hingga Persiapan Di Balik Bayang Pandemi

Tim Sepakbola PON Sumut yang tengah dipersiapkan menghadapi PON XX Papua di bawah bimbingan Manajer Fidel Ganis dan Ass Manajer Fityan Hamidi. (dok/medansport.id)

MEDANSPORT.ID-MEDAN-- Tim Sepakbola PON Sumut tengah mempersiapkan diri menatap PON XX Papua yang akan berlangsung dalam hitungan bulan.

Hanya saja, di balik persiapannya ada sepenggal cerita yang sempat membuat publik bertanya-tanya. Yakni keputusan mendadak penonaktifan pelatih kepala Suharto AD hingga terbatasnya persiapan yang dilakukan di balik Pandemi Covid 19 yang masih membayangi.

Menjawab hal itu, sang manager Prof DR dr Muhammad Fidel Ganis Siregar menjelaskan alasan penonaktifan Suharto AD sebagai pelatih kepala tim Sepakbola PON Sumut.

"Sejak Juli saya dan asisten manajer Pak Fityan dimintakan Pak Kodrat Shah selaku Ketua Asprov PSSI Sumut untuk menangani tim sepakbola PON Sumut dan kita siap menjabat amanah itu. Saat itu kita dapat kabar kalau pelatih kepala Suharto AD tengah sakit. Assisten pelatih Colly Misrun dan pelatih kiper Budi datang ke rumah beliau, dan terlihat kurus pucat, apa segala macam gitulah, disuruh swab beliau menolak, disuruh ke RS beliau juga menolak. Sedangkan persiapan tim harus tetap berjalan. Dan kita sudah mengirimkan entry by name, dan akhirnya kita putuskan pelatih Suharto AD dinonaktifkan dengan alasan kesehatan dan Colly Misrun mengambil alih tugas sebagai pelatih," terang Fidel didampingi asisten manajer Fityan Hamdi kepada Medansport.id kemarin.

Masih menurut Fidel, dengan sakitnya coach Harto berarti menyisakan dua pelatih yakni Colly Misrun sebagai pelatih kepala dan Budi sebagai pelatih kiper.

"Kenapa tidak ditambah? Tidak boleh lagi dan memang tidak bisa, kita yang bisa hanya mencoret," terangnya lagi.

"Mencoret Colly misalnya dengan konsekuensi kita tanpa pelatih berangkat ke sana itu bisa tapi untuk menukar misalnya Gomes mau masuk dengan status free gak bisa karena memang inilah apa adanya. Coach Harto juga kemarin gak bisa kita ganti itu salah satu mungkin dimaklumi masyarakat juga jadi kenapa pelatih berkurang. Bagi saya dan pak Fityan yang dipercayakan oleh Asprov jadi bukan dasar like dislike dan buka tipe kami merubah sana merubah sini. Ini bukan selera kami, yang penting dia bisa membuat tim ini bagus," sambung Fidel.

Fidel juga menerangkan jika sebelumnya ada 35 nama yang telah didaftarkan untuk pertandingan di PON Papua, namun yang boleh didaftarkan hanya 20 pemain dan 5 official. Termasuk Handoko pemain yang cedera.

"Jadi ada Handoko juga yang kita daftarkan. Dia salah satu pemain senior buat anak-anak, baguslah dalam kehidupan sehari-hari sholatnya bagus. Tiba-tiba dia cedera, ini inisiatif aja dari kami Asprov minta tolong ke KONI dia ikut serta walaupun tidak bermain jadi sepakbola sebagai pendamping pelatih, jadi statusnya tadi memberi semangat sama anak-anak," terang Fidel.

Fidel pun tak bisa memungkiri akan kekhawatirannya ada lagi pemain yang cedera dari 20 pemain yang didaftarkan.

"Jika ada yang cedera, maka tak bisa lagi bertarung di Papua dalam mengemban tugas amanah 15 juta warga Sumut pastinya," ungkap Fidel.

Disinggung persiapan, Fidel tak menampik jika ada sejumlah kendala yang dihadapi termasuk saat pemberlakuan PPKM sejak Juli kemarin.

"Ketika Juli megang tim ini kan sama-sama tahu, kita ke Asrama Haji saat itu juga dimulai PPKM seluruh Indonesia, itu salah satu kendala kita. Mau latihan terus tapi arahan gubernur dan walikota tidak ada aktifitas apapun termasuk aktifitas lapangan maka waktu itu kita siasati beberapa kali kita latihan dalam bentuk fisik di sekitar Asrama Haji," sebutnya.

Alhasil bilangnya, untuk menyiasati kondisi tersebut beberapa kali mereka harus melakukan 'curi-curi' untuk ujicoba di beberapa daerah luar Medan .

"Istilahnya curi-curi. Kita ada main dengan Pakam, Tim Aceh kemudian Klambir dan Klumpang karena Deli Serdang waktu itu tidak begitu ketat PPKM nya," ungkap Fidel.

Saat Covid semakin membara sambung Fidel para pemain pun dipindahkan ke Dispora. Di sinilah mereka menghabiskan waktu untuk melakukan persiapan sebelum diberangkatkan ke Papua nantinya.

"Semakin mendekati hari H kalau kita lihat suasana semakin happy. Di suasana mereka menerima ilmu dari pelatih dan ketika bermain tidak ada tekanan, enjoy dan lebih menikmati permainan," tuturnya.

Besar harapan di balik rasa enjoy pemain, mereka bisa membawa Sumut setidaknya masuk babak semifinal.

"ltulah yang terjadi sampai saat ini dan kita sangat berharap dan berdoa, semoga dengan kekuatan 20 pemain ini kita menghasilkan sesuatu buat Sumut, bahkan kalau bisa kita tampil di partai puncak," ucapnya mengakhiri. (*)