*Ronny Pasla Kiper Legendaris PSMS dan Timnas #part-1

Berangkat Dari Tenis Dan Menjelma Menjadi ‘Macan Tutul’

Ronny Pasla ketika di PSMS dengan ciri khasnya kostum kiper berwarna Hitam. (Dok.Ronny Pasla)

Catatan Indra Efendi Rangkuti, Pengamat Olahraga

MEDANSPORT.ID- DOKUMENTER- Salah satu keistimewaan PSMS Medan dalam belantika sepakbola Indonesia adalah memiliki putra daerah yang menjadi legenda baik di PSMS maupun di Timnas.

Uniknya putra daerah Medan dan Sumut yang menjadi legenda ini bukan hanya dari etnis Melayu, Batak dan Jawa seperti umumnya tapi juga dari berbagai etnis seperti Minang, Maluku, Manado, Bugis, India Tamil, Tionghoa, Arab, Indo Belanda dan lainnya yang mencerminkan Medan sebagai kota yang heterogen dan plural baik dari suku, agama, ras dan antar golongan.

Salah satu sosok putra Medan yang menjadi Legenda PSMS dan Timnas adalah Ronny Pasla. Bagi pencinta PSMS Medan dan Timnas Indonesia nama Ronny Pasla pasti menjadi sosok yang tidak bisa dipisahkan dari kejayaan PSMS dan Timnas Indonesia era akhir 60-an hingga era 70-an.

Ronny Pasla merupakan pesepakbola legendaris PSMS dan timnas berdarah Manado yang lahir di Medan pada 15 April 1947. Dia berkiprah sebagai kiper antara 1967 sampai era awal 80-an.

Menariknya, putra dari Felix Pasla ini awalnya menekuni olahraga tenis. Pada PON 1965, Ronny Pasla bahkan terdaftar untuk memperkuat tim Tenis Sumut. Namun PON ini urung dilaksanakan karena peristiwa G-30 S/PKI. 

Gagal tampil di PON, ia sempat meraih juara pada Kejuaraan Tenis Nasional Tingkat Junior di Malang, 1967. Namun sang ayah, Felix Pasla, menyarankannya untuk beralih ke sepak bola karena melihat postur Ronny Pasla yang bertinggi 184 cm dan berat 79 kg sangat cocok untuk menjadi kiper.

Bakat Ronny juga dilirik oleh Zulkarnaen Nasution, pelatih klub anggota PSMS, Dinamo. Penampilannya yang gemilang di bawah mistar Ketika membela Dinamo kemudian dilihat oleh pelatih PSMS Jr Ramli Yatim dan kemudian mempersiapkannya untuk ikut Suratin Cup 1967 dan akhirnya Ronny pun tampil mengawal gawang PSMS Jr di Suratin Cup 1967.

Ternyata pilihan Ramli Yatim yang juga legenda PSMS Medan dan Timnas era 50-an ini tidak salah. Ronny tampil prima hingga akhirnya sukses membawa PSMS Jr menjadi Juara Suratin Cup 1967. 

PSMS Jr yang menjadi Juara Suratin Cup 1967 ini kelak melahirkan bintang – bintang yang menjadi Legenda PSMS Medan antara lain Ronny Pasla, Tumsila, Sarman Panggabean,Wibisono dan Nobon.

Penampilan gemilang PSMS Jr di Suratin Cup 1967 membuat beberapa pemainnya seperti Ronny Pasla, Tumsila, Sarman Panggabean dan Wibisono ditarik memperkuat PSMS yang akan berlaga di putaran final Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI 1967. 

Kebetulan, di tim ini Legenda PSMS era 50-an Yusuf Siregar menjadi pelatih didampingi oleh Ramli Yatim yang beberapa waktu sebelumnya membawa PSMS Jr menjadi Juara Suratin Cup. Perpaduan bintang-bintang muda dengan para pemain senior seperti Yuswardi, Sukiman, Muslim, Sunarto, Achmadsyah “Ipong” Silalahi, Zulkarnaen Pasaribu, A.Rahim, Zulham Yahya, Djamal dll membuat PSMS menjadi lebih solid.

Dan ternyata Ronny Pasla tidak canggung ketika dipercaya untuk menjadi kiper utama PSMS di putaran final hingga akhirnya sukses membawa PSMS menjadi Juara Kejurnas PSSI untuk pertama kalinya pada 1967. Di Final, PSMS mengalahkan Persib 2-0 lewat gol yang dicetak A.Rahim dan Zulkarnaen Pasaribu.

Dan pada Final ini pula Ronny Pasla beradu ketangkasan dengan kipper Persib berdarah Minang yang juga idolanya yaitu Jus Etek dan Ronny Pasla berhasil membuktikan dirinya lebih baik dari sang Idola pada pertandingan ini.

Keberhasilan menjuarai Kejurnas PSSI 1967 ini membuat PSMS mewakili Indonesia di Aga Khan Gold Cup 1967 di Bangladesh. Dan lagi-lagi Ronny Pasla sukses menabalkan dirinya sebagai salah satu kiper terbaik Indonesia dan Asia setelah membawa PSMS juara Aga Khan Gold Cup 1967. Di final Tim Ayam Kinantan mengalahkan tuan rumah Mohammaden 2-0 lewat gol-gol yang dicetak melalui sundulan penyerang mudaTumsila.

Usai turnamen ini Ronny Pasla pindah ke klub anggota PSMS lainnya, Bintang Utara. Di klub inilah kemampuan Ronny makin mumpuni mengawal gawang, hingga akhirnya ia dipanggil memperkuat Timnas Indonesia dan bersaing sehat dengan kipper Persija Judo Hadianto.

Selama berkiprah di PSMS, Ronny Pasla dan rekan-rekannya meraih prestasi sebagai juara Piala Suratin (1967), Kejurnas PSSI (1967, 1969, dan 1971), Aga Khan Gold Cup (1967), Soeharto Cup 1972, Marah Halim Cup 1972 dan 1973, dan Semifinalis AFC Champions Cup 1970. Ronny Pasla juga turut membawa Tim Sumut merebut Medali Emas PON VII pada 1969 di Surabaya setelah di final mengalahkan DKI Jakarta 2-1.

Saat berkiprah sebagai penjaga gawang andalan Tim Nasional Indonesia, Ronny juga meraih prestasi sebagai juara King's Cup di Thailand (1968), Merdeka Games (1969), Pesta Sukan Singapura (1972), Djakarta Anniversary Cup 1972. 

Ronny Pasla bahkan nyaris membawa Timnas Indonesia lolos ke Olimpiade 1976. Sayang di partai akhir PPD 1976 Indonesia kalah dari Korea Utara dalam drama adu penalti yang berakhir dramatis.

Atas prestasi yang gemilang dan begitu cepat dalam menyergap bola bak Macan menerkam mangsa, Ronny pun dijuluki si 'Macan Tutul'. Prestasinya jugalah yang menghantarkannya mendapatkan penghargaan sebagai Warga Utama Kota Medan (1967) yang diberikan oleh Walikota Sjoerkani. 

Kiprahnya di sepak bola nasional sebagai kiper andal sejak 1967 hingga pensiun pada 1985 dalam usia 38 tahun dianugerahi Piagam dan Medali Emas dari PSSI (1968), Atlet Terbaik Nasional (1972), dan Penjaga Gawang Terbaik Nasional (1974). (Bersambung...)