Mamek ‘Si Legenda Yang Terlupakan’ Dapat Bantuan Dari Manajemen PSMS
MEDANSPORT.ID- MEDAN-- Kisah miris Mamek Sudiono, legenda PSMS Medan yang terkesan terlupakan dan sempat heboh di media sosial beberapa waktu lalu, akhirnya menarik perhatian manajemen PSMS.
Melalui manajer Mulyadi Simatupang didampingi Sekum Julius Raja, mereka memberi bantuan berupa sembako, dan sejumlah uang untuk kebutuhan legenda yang menjadi pahlawan saat membawa PSMS menjuarai piala perserikatan di era 1985 silam itu.
"Kami sebagai manajemen PSMS memberikan perhatian, karena kondisi beliau kurang beruntung. Beliau turut membesarkan nama PSMS ini dan berjaya. Artinya kita menghargai jasa para-para pemain yang membawa tim sebesar ini," ungkap Mulyadi, Rabu (17/6/2020) sore.
Dalam kesempatan itu, manajemen pun menawarkan Mamek untuk tinggal di mess Kebun Bunga, mengingat selama ini dirinya hanya menumpang hidup di posko salah satu ormas di Belawan.
"Kita juga membuka lebar kepada beliau kalau mau di Kebun Bunga," ucapnya.
Ke depan, Mulyadi mengaku akan memberikan bantuan kepada para Mantan PSMS yang nasibnya kurang beruntung.
Dalam kesempatan itu, Mamek mengaku sangat terharu terhadap Manajemen PSMS yang mau membantu. Ditanya bantuan yang didapatnya buat apa ke depan, ia mengatakan belum tahu.
"Saya terharu. Terima kasih banyak buat PSMS. Bantuan ini belum tahu buat apa, ya tengok nanti lah," ungkapnya.
Mamek sendiri pernah memperkuat PSMS Medan era 80 an. Selama 13 tahun Mamek menunjukan loyalitasnya berkostum hijau-hijau.
Pahit manis dan lika liku perjalanan di atas lapangan hijau menjadi kisah yang tak pernah larut oleh ruang dan waktu.
Pesan itu begitu jelas tersirat dari guratan wajah Mamek Sudiono si legenda PSMS Medan yang pernah berjasa mengharumkan Sumut dan Kota Medan di era 1985 saat membawa pulang piala perserikatan.
Julukan Super Sub pun sempat disematkan kepadanya. Berposisi sebagai cadangan namun membawa aura positif bagi timnya. Mamek bahkan menjadi penyumbang gol terbanyak kedua kala itu.
Sepenggal kisah itu tentu belum cukup menggambarkan kehebatan PSMS di era perserikatan. Laga sengit penuh drama itu juga bahkan mencuri perhatian penonton.
130 ribu lebih penonton membanjiri Senayan. Dan merupakan saksi bisu yang mencatatkan sejarah di Indonesia dari jumlah penonton yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Namun, kesuksesan muda Mamek tak sebanding lurus di usia senjanya. Sejak kepergian isterinya 2015 lalu dan diserang stroke ringan, membuat kehidupannya berubah drastis.
Mamek harus berjuang hidup dengan tinggal di posko salah satu ormas yang kerap membantunya. Alasan ayah lima anak ini pun sederhana, tak ingin menyusahkan anak-anaknya.
Kisah miris para legenda seperti Mamek mungkin saja bukan yang pertama. Tapi bukan pula tak bisa menjadi yang terakhir untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah ini. (*)