MEDANSPORT.ID-MEDAN-Perhelatan Pekan Olahraga Provinsi Sumatera (Porprovsu) XI/2022 telah usai. Namun, Pesta olahraga terakbar Sumut tersebut masih membekas di hati cewek bernama lengkap Miranda Tasya. Pasalnya, dirinya bersama teman satu tim dengan perjuangan, kerja keras dan semangat juang tinggi berhasil meraih medali emas di cabor bola voli dengan menaklukkan tim Asahan.

“Alhamdulillah dapat mempertahankan gelar juara bola voli Porprovsu 2022. Sebelumnya kami juga berhasil menuju podium satu pada ajang Porprovsu 2019”, ujar cewek yang dilahirkan pada 21 Desember 1999 ini di Medan, Senin (14/11/3/2022)

Sepak terjang anak dari Suhartono dan Yusnita ini mulai menggeluti bola voli sejak kelas 6 SD bergabung dengan klub bola voli Mulia yang tempat latihan tidak jauh dari tempat tinggal mahasiswi Universitas Pembangunan Panca Budi Medan ini. Selain itu, darah yang mengalir dalam tubuh sebagai pemain bola voli merupakan titisan sang ayah yang juga merupakan pemain bola voli kota Medan yang telah membawa harum kota Medan pada level regional maupun nasional.

“Saya mulai menggeluti bola voli sejak duduk dibangku kelas mulai 6 SD. Alasan saya terjun ke olahraga bola voli karena saya termotivasi oleh ayah saya, karena beliau merupakan mantan atlet berpestasi Sumatera Utara pada masanya.
Banyak sekali prestasi yang diraihnya oleh ayahanda tercinta sehingga saya termotivasi untuk mengikuti jejak ayah”, tutur anak sulung dari tiga bersaudara ini.

Pemain bernomor punggung 1 ini dipercayakan sebagai quicker dalam tim. Tidak mengherankan cewek yang memiliki tinggi 170 cm menampilkan kemampuan spesial menyerang pada kecepatan dan ketepatan pukulan. Quicker menyerang dengan bola-bola cepat dan tidak tinggi (0 – 0,5m diatas net ). Biasanya seorang quicker adalah pemain yang memiliki postur tinggi karena bertugas sebagai center block juga untuk mengantisipasi smash dari lawan tanding.

Sebagai pemain bola voli tentu banyak duka dan suka yang dialami atlet pendoyan bakso dan sate ini. Jika berhasil meraih kemenangan mendapat puji dan sanjungan, jika kalah bertanding harus besar hati menerima hujatan.

‘Suka duka jadi atlet voli itu banyak banget. Sukanya itu mulai dari banyak relasi banyak teman dari berbagai daerah, punya pengalaman baru bisa ditonton banyak orang, bisa memperoleh uang jajan dari keringat sendiri, bisa jalan-jalan keluar kota full funded, dipermudah masuk ke universitas dengan full beasiswa dan mempunyai daya tahan tubuh yang lebih kuat. Untuk dukanya itu sering mendapat hujatan kalau kalah, latihan fisik sampai jatuh bangun, jarang main sama teman karena jam latihan harus diikuti sesuai jadwal pelatih”, sebut cewek yang berdomisili di Jalan Aluminuim Raya Medan ini.

Atlet berhijab ini berada di garda terdepan, tepatnya di depan net, tiap kali bertanding. Keberadaan atlet binaan KONI Medan ini berperan sebagai pembendung serangan-serangan sekeras apapun pukulan dari lawan.
Pada Porprovsu 2022, atlet yang dilahirkan di Medan ini menjadi bagian penting tim voli putri kota Medan.

Saat ditanya target ke depan, Nanda mengatakan terus latihan untuk meningkatkan kualitas permainan sehingga dapat bergabung dengan tim kontingen Sumut pada PON 2024. “Semoga saya bisa mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON)/XXI Aceh-Sumut yang digelar 2024 mendatang”, tutup Nanda. (*)

Bagikan: