*PON XX Papua
Bersama Sang Abang, Duo Pembalap Tuntungan Ini Tekad Boyong Emas Dari Papua

MEDANSPORT.ID- MEDAN-- Duo pembalap Tuntungan ini bak peribahasa "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya" sejatinya layak disematkan kepada keluarga Deri Satio Sunarso. Keluarga yang lahir dan besar di atas lintasan balap.
Ya, bersama sang abang, Deri Irfandi, Tio, panggilan akrabnya itu menjadi salah satu duta andalan Sumut merebut medali PON XX Papua nanti.
Tio menjadi pembalap mengikuti jejak sang ayah, Suripno. Dari kecil Tio mengaku begitu mencintai arena kebut-kebutan.
Atas kemauannya sendiri dan keinginan yang kuat membuatnya lebih termotivasi untuk memacu adrenalinnya ketika duduk di atas Kuda Besi di lintasan balap.
Sama seperti sang kakak yang lahir dari tangan dingin ayah kandungnya itu, Tio mengaku terus berlatih meningkatkan skill dan tehknik dalam safety riding.
"Cita-citanya sih menjadi pebalap Moto GP. Bisa seperti Valentiono Rossi. Amiiin," ujar Tio kepada Medansport.id belum lama ini.
Torehan prestasi pembalap asal Tuntungan ini pun terbilang cukup mumpuni. Tamat jenjang pendidikan Sekolah dasar (SD) Tio langsung terjun di kejurda Sirkuit Pancing dalam event Yamaha Cup Race.
Penampilannya yang gemilang kala itu menarik perhatian Team Yamaha Alfa Scorpi Racing untuk merekrutnya.
"Bersama Yamaha saya main di Motoprix dari 2012 sampai dengan 2015 buat even kejurnas Region. Lanjut 2016, saya main bersama team Honda Deli Racing Team. Saat itu saya berhasil juara Region 1 kelas mp5 150 cc dan Juara Indonesia di Sidrap di kelas mp5 150cc," ungkap pebalap yang gemar Terong Sambal Belacan itu.
Kesuksesannya di sejumlah kejuaraan membuat AHM kian berminat untuk menyertakannya dalam even bergengsi dan menjadi mimpi setiap para pembalap. Yakni turun di lintasan Sentul. Arenanya para pebalap tanah air.
"Saat itu saya berkesempatan oleh pihak AHM untuk main di event IRS Sentul membawa unit OMR CBR 250 cc dan juara umum nasional. Setelah itu pada 2018 saya direkrut Honda Indako Racing Team main kelas pemula MP3 150 cc tune up dan di MP4 tune up pemula. 2019 saya langsung naik seeded atau sekarang dikenal dengan kelas expert," ucap pembalap yang memiliki tinggi badan 160 Cm dan berat badan 45 Kg itu.
Tio mengutarakan, meraih juara nasional MP5 150 cc dan juara IRS CBR 250 cc adalah momen yang paling indah dan sulit untuk dilupakan.
Tak cuma suka, ada juga duka saat melakoni perannya di atas lintasan. Pebalap muda yang mengidolakan pembalap Muhammad Fadli ini mengaku jika musim ini menjadi debutan terbaik kedua kala duduk di peringkat 12 pada klasemen akhir. Tio gagal meraih podium, dan hasil terbaiknya hanya finis kelima di Padang kala itu.
"Pernah juga saya mengalami cedera tangan yang cukup parah. Saat Grand final Motoprix di Palembang," kenang pembalap kelahiran 12 September 2000 silam itu.
Sebelum mengakhiri, Tio berharap dukungan warga Sumut dan Tuntungan khususnya agar mendoakannya.
Pada PON nantinya, Tio akan turun kelas perorangan 20 tahun ke bawah 150 cc di bawah asuhan Mahyudanil. Untuk mempersiapkan diri, Tio menggenjot porsi latihan 6 sesi dalam penguatan mental, fisik dan strategi.
Di usia yang terbilang muda, 20 tahun, namanya sudah begitu menggema. Bangga, sudah pasti. tapi tak lantas membuat dirinya lupa diri.
Euforia pun jangan berlama-lama. Karena Tio kini punya mimpi membawa Sumut bersinar di PON XX Papua nanti. Bersama sang abang Deri Irfandi yang juga menjadi duta Sumut. Duo pembalap Tuntungan ini punya mimpi yang sama. Apalagi kalau bukan membawa pulang medali emas dan mengharumkan nama daerah di even empat tahunan itu nantinya.
"Semoga bisa mendapat hasil maksimal dan mengharumkan nama Sumut dan pastinya orang tua selalu mendukung dan mendoakan buat saya yang terbaik membawa medali emas," ujarnya dengan penuh harap. (*)