Kisah Legenda PSMS Anwar Ujang, ‘Beckenbauernya’ Indonesia
CATATAN: Indra Efendi Rangkuti, Pengamat Olahraga
MEDANSPORT.ID- DOKUMENTER-- Anwar Ujang lahir di Cikampek, Karawang, Jawa Barat, 2 Maret 1944 adalah mantan pemain nasional sepak bola Indonesia di era 1960-an dan 1970-an.
Anwar Ujang salah satu pemain legendaris PSMS Medan seangkatan Ronny Pasla, Tumsila, Zulkarnaen Pasaribu, Sarman Panggabean,Yuswardi, Nobon Kayamuddin, Wibisono dll.
Pemain yang identik dengan nomor punggung 5 ini pertama kali bergabung dengan PSSI pada April 1965 dan menjadi Kapten PSSI pada tahun 1970 - 1974. Pada masa jayanya, ia sering dijuluki Beckenbauer Indonesia dan bersama tim Indonesia sering melakukan pertandingan-pertandingan melawan tim dari Eropa dan Asia.
Pada masanya, timnas adalah tim yang paling ditakuti di Asia. Ketika itu, timnas Indonesia menjadi negara terkuat di Asia bersama dengan Israel (sekarang masuk ke zona Eropa), Burma (Myanmar), dan Iran. Ia adalah salah satu bek tengah terbaik di Asia. Ia bahkan sempat beberapa kali masuk nominasi Asian All Star yang merupakan bukti bahwa reputasinya sebagai back tengah yang handal diakui di tingkat Internasional
Pada tanggal 19 April 1974, Indonesia kedatangan timnas Uruguay yang akan tampil di Piala Dunia 1974 di Stadion Istora Senayan yang ketika itu timnas Uruguay dengan motor serangan oleh Juan Silva dan Fernando Morena.
Dan pada waktu Uruguay terkejut melihat kehebatan permainan Timnas Indonesia yang tidak mereka duga akan mampu mengimbangi dan menekan mereka dan akhirnya Uruguay harus menerima kekalahan dengan skor 2–1.
Ketika itu, ia berhasil mematikan pergerakan Fernando Morena, Pedro Rocha dan Juan Silva sehingga mereka tampak kesulitan untuk menembus pertahanan timnas Indonesia.
Suatu kebanggaan karena 3 pemain PSMS jadi starter yaitu Ronny Pasla, Nobon dan Anwar Ujang. Karena tidak mau merasa malu, akhirnya Uruguay meminta pertandingan ulang. Pertandingan diadakan pada tanggal 21 April. Sayangnya kali ini giliran timnas Indonesia yang harus menerima kekalahan dengan skor 2–3.
Anwar Ujang juga punya pengalaman fantastis ketika memimpin Timnas melawan klub Santos Brazil pada 24 Juni 1972 di Stadion Utama Senayan Jakarta. Santos sendiri pada waktu itu membawa Legenda Sepakbola Dunia asal Brazil yang merupakan bintang utamanya yaitu Pele.
Sebagai libero yang harus berhadapan langsung dengan Pele ternyata tidak membuat Anwar Ujang canggung dan kagok. Dengan mantap dia mampu mengawal Pele dan membuat Pele “mati kutu” karena kawalan ketat dari Anwar Ujang. Anwar Ujang sendiri tampil mantap mengawal lini pertahanan Timnas Bersama rekan setimnya di PSMS Medan yaitu Ronny Pasla (kiper),Yuswardi (back kanan) dan Sunarto (back kiri).
Walau kalah 2-3 dari Santos namun penampilan Anwar Ujang mendapat pujian khusus dari Pele. Ketika ditanya wartawan usai pertandingan siapa pemain Timnas terbaik dalam duel itu, Pele dengan tegas menyebut “Pemain Indonesia bernomor 5” yang merujuk langsung ke sang Kapten Timnas Anwar Ujang.
Usai membawa Timnas Indonesia menjuarai Kings Cup 1968 di Bangkok para bintang – bintang Timnas waktu itu seperti Soetjpto Soentoro,Yudo Hadianto, Mulyadi, Iswadi Idris, Sinyo Aliandoe (Persija), Abdul Kadir, Jakob Sihasale (Persebaya), M.Basri (PSM), Anwar Ujang (Persika) dan Max Timisela (Persib) dikontrak oleh Pardedetex yang pada waktu itu berkompetisi di bawah naungan PSMS Medan.
Di Pardedetex sendiri waktu itu ada 3 anak Medan yaitu Sarman Panggabean, Sunarto dan Azis Siregar. Karena pada waktu itu Pardedetex bernaung di bawah PSMS maka di Kejurnas PSSI 1969 bintang – bintang Nasional yang ada di Pardedetex itu memperkuat PSMS. Perpaduan bintang – bintang Timnas dengan anak – anak Medan non Pardedetex seperti Ronny Pasla, Yuswardi, Tumsila, Zulham Yahya, Achmadsyah “Ipong” Silalahi, dan Nobon membuat PSMS Menjadi kekuatan yang solid hingga dijuluki sebagai “The Dream Team” dan akhirnya sukses menghantarkan PSMS menjadi Juara Kejurnas PSSI 1969.
Usai membawa PSMS Medan lolos ke Semifinal AFC Champions Cup 1970 di Teheran para bintang – bintang Timnas Non Medan Kembali ke klub asal mereka sebelum bergabung ke Pardedetex kecuali Anwar Ujang. Kebetulan waktu itu Anwar Ujang yang juga bertugas di Pertamina ditempatkan di Medan dan di Medan pula Anwar Ujang menemukan tambatan hatinya dengan menikahi Nuraini Lubis.
Setelah Pardedetex bubar pada 1970, Anwar Ujang bernaung ke klub anggota PSMS lainnya yaitu Bintang Utara. Dan bersama bintang senior PSMS Sukiman, Anwar Ujang sukses menjadi tembok kokoh yang mengawal lini pertahanan PSMS Medan hingga akhirnya walau ditinggalkan bintang – bintang Timnas, PSMS tetap menjadi Tim Terbaik di Indonesia yang dibuktikan dengan tampilnya PSMS Medan menjadi Juara Kejurnas PSSI 1971 dan PSMS adalah klub pertama di Indonesia sejak Indonesia Merdeka yang sukses menjadi Juara Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI 3 kali berturut – turut setelah sebelumnya sukses menjadi Juara pada 1967 dan 1969.
Ketika masih aktif media Indonesia dan Asia memberi julukan “Beckenbauer Indonesia” kepada Anwar Ujang. Julukan ini memang pantas karena gaya bermain Anwar Ujang yang kokoh dan lugas sebagai libero serta piawai dalam membantu serangan termasuk mampu mencetak gol memang mirip dengan Legenda Sepakbola Jerman Franz Beckenbauer yang dijuluki “Der Kaizer” tersebut.
Bersama PSMS Medan, Anwar Ujang turut mempersembahkan Juara Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI untuk PSMS Medan pada 1969 dan 1971. Anwar Ujang juga membawa PSMS Medan Juara Soeharto Cup 1972, Marah Halim Cup 1972 dan 1973 dan membawa PSMS Medan menjadi Juara IV pada AFC Champions Cup 1970. Selain itu Anwar Ujang juga turut membawa Tim Sumut meraih Medali Emas PON VII tahun 1969 dan membawa PSSI Wilayah I yang didominasi PSMS meraih Runner Up President Cup 1974 di Seoul.
Bersama Timnas, Anwar Ujang membawa Timnas Indonesia Juara Kings Cup 1968, Merdeka Games 1969, Juara Piala Sukan 1972, Djakarta Anniversary Cup 1972 dan berbagai gelar lainnya. Di Sumut selain membela PSMS, Anwar Ujang yang pernah bertugas di Pertamina Pangkalan Berandan juga pernah membela PSL Langkat.
Anwar Ujang meninggal dunia di Medan pada Sabtu 18 Oktober 2014. Walau bukan anak Medan tetapi dia adalah legenda PSMS Medan dan “Pahlawan Olahraga Sumut” (*)