*Sang Legenda

Pengakuan Sumardi Si’Joker’ PSMS, Kesuksesan Hadir Di Balik Restu Ibu

Legenda PSMS Medan, Sumardi (kiri) saat menerima kedatangan tim Medansport.id di kediamannya, belum lama ini. (Medansport)

MEDANSPORT.ID – MEDAN – Semangat era perserikatan dalam sepak bola tak akan pernah hilang dalam ingatan setiap pemain saat itu. Apalagi para pemain PSMS. Dimana PSMS pernah dijuluki sebagai raksasa bola asia.
Bagaimana tidak. Berbagai kejuaraan perserikatan dapat dilalui sangat baik oleh PSMS. Setidaknya PSMS Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI tahun 1967, 1969, 1971, 1975 (bersama Persija), 1983 dan 1985..

Gelar bergengsi lain juga diraih, seperti halnya, Piala Marah Halim cup, Presiden Soeharto Cup, Bang Yos Gold Cup serta Kemerdekaan Cup. Tak hanya di Indonesia, PSMS Medan juga menjadi klub yang cukup disegani hingga di kawasan Asia. Terbukti, Laskar Ayam Kinantan tersebut pernah meraih juara di kompetisi Aga Khan Gold Cup tahun 1967 di Bangladesh.

Kesuksesan PSMS itu juga membuat para pemainnya ikut merasakan euforia. Salah satunya, Sumardi. Sang “Joker” PSMS ini mengakui hal tersebut. Kepada medansport.id, Sumardi mengatakan, bahwa kesuksesan PSMS di era perserikatan tidak hanya membuat dirinya dan kawan-kawan dapat berkeliling dunia. Tetapi juga mendapatkan kehidupan yang layak.

Katanya, setelah mengikuti berbagai laga, dirinya kerap ditawari berbegai pekerjaan. Namun pada saat itu, dirinya menolak karena ingin berkonsentrasi di sepak bola. Namun karena desakan berbagai pihak, termasuk club dan perserikatan, dirinya menerima tawaran itu. Pilihan itu jatuh di Bank Bumi Daya (BBD) yang belakangan menjadi Bank mandiri.

“Bila ditilik ya dari semua itu. Sebenarnya, rezeki ini semua saya dapat tidak hanya karena kaki saya dan skill saya di bola. Tetapi karena doa ibu dan ayah saya,” ungkapnya.

Dia bercerita, pada saat berlaga di era perserikatan, dia dan kawan kawan mendapat uang dari hasil keringatnya. Namun, sang ibu selalu mengingatkan, untuk menyedekahkan uang itu semua kepada kaum dhuafa.

“Bayangkan saja, di usia saya yang muda mendapatkan uang sebanyak itu. Harusnya saya bisa beli ini itu. Tapi ibu saya selalu melarang. Bahkan pernah suatu waktu, uang itu ibu saya bilang harus dibelikan kambing semua untuk qurban. Waktu itu saya tak berpikir apa apa. Karena perintah ibu kan. Ya saya laksanakan,” jelasnya.

Ternyata di balik itu semua ada rahasia, sambungnya.

“Saya tidak hanya mendapatka pekerjaan, tetapi juga mendapat tambatan hati,” urainya.

Banyak yang menjadi kenangan Sumardi di era perserikatan. Namun, kakek yang aktif di PD Alwashliyah ini enggan membuka lebar-lebar. Pun begitu, setiap Minggu, di Stadion Kebun Bunga, dia dan teman teman seangkatan masih terus bersama bermain, sekaligus berdiskusi tentang masa depan olah raga di Sumatera Utara, khususnya kota Medan.

“Intinya, kalau mau sukses ikutilah perintah ibu kita. Insya Allah sukses kita,” tutupnya. (*)

Penulis: reporter
Editor: kesuma ramadhan

Baca Juga